IPM.OR.ID., – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) mengadakan Forum Group Discussion (FGD) menuju Muktamar IPM ke-24. Pada FGD pertama ini, PP IPM mengadakannya untuk regional Sumatera secara daring melalui aplikasi Zoom, pada Selasa (17/06/2025).
FGD pra-Muktamar ini diselenggarakan untuk menjaring gagasan dari tiap-tiap wilayah secara lebih partisipatif dan kontekstual. Tiap FGD dirancang untuk menggali pandangan strategis, tantangan kaderisasi, serta inisiatif lokal yang dapat menjadi inspirasi gerakan nasional.
Dalam FGD kali ini Arif Hidayat Alfarizy sebagai perwakilan dari tim materi Muktamar di IPM hadir sebagai penghubung untuk teman-teman di wilayah Sumatera. Dia menyebutkan tujuan pertemuan itu bertujuan untuk mensosialisasikan dan mengimplementasikan paradigma kepemimpinan IPM terbaru.
Melalui kegiatan ini, perwakilan Pimpinan WIlayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) yang hadir memberikan informasi terkini mengenai struktur, program kerja, dan rencana masa depan mereka.
Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Sumatera Utara Riestu Fauzan Akbar menyoroti program yang unggul berdasarkan data dan tujuan. Ia menyoroti perlunya pemberdayaan pelajar yang inklusif.
“IPM perlu merancang program yang memiliki output dan dampak yang jelas, bukan hanya menjadi formalitas,” ujar Riestu
Lebih lanjut, Ketua Umum PW IPM Sumatera Barat Sailendra Gusnan menjelaskan tantangan IPM Sumatera Barat, termasuk kebutuhan untuk mengatasi cabang yang tidak aktif dan mempertahankan keterlibatan di daerah terpencil.
Senada dengan itu Muhammad Ade Tisna selaku Ketua Umum PW IPM Jambi dalam laporannya membahas pelaksanaan upaya regenerasi inklusif oleh IPM Jambi, dengan fokus menjangkau siswa dari berbagai latar belakang dan daerah terpencil.
“PW IPM Jambi bekerja untuk memastikan kesempatan yang sama bagi siswa dari berbagai sekolah, termasuk negeri dan swasta, melalui pelatihan kepemimpinan dan kegiatan kolaboratif,” kata Ade.
Fatimah menyoroti tantangan dalam penunjukan dan rencana untuk kegiatan seperti turnamen olahraga dan seminar kesehatan mental. Ia juga menekankan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam peran kepemimpinan.
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Syahrul Ilyas selaku PW IPM Sumatera Selatan memberikan pembaruan tentang wilayah IPM Sumatera Selatan, termasuk jumlah personel dan rencana untuk berbagai kegiatan dan kolaborasi dengan organisasi lain.
PW IPM Bangka Belitung Haliza Khoirun Nisa menekankan tantangan dalam keterlibatan siswa dan rencana untuk mengatasi masalah seperti kekerasan seksual. Haliza menyoroti pentingnya kesetaraan sosial dan menyarankan menciptakan lembaga khusus untuk mengatasi kasus kekerasan seksual.
Kemudian, Firdaus Armansyah menyoroti jumlah cabang dan siswa yang aktif, dan menyebutkan rencana untuk kegiatan masa depan. Dia menyoroti keberhasilan berbagai program yang dirancang mereka.
Firdaus menekankan pentingnya inklusivitas, pengembangan soft skill, dan kolaborasi dengan mitra eksternal. Firdaus memberikan rincian tentang bagaimana data kader dikumpulkan dan diperbarui setiap tahun di Lampung.
Dalam laporannya, PW IPM Aceh yang diwakili oleh Ahmad Al Ghifari menjelaskan penekanan program kerja mereka pada nilai-nilai Islam, pengembangan kader, dan dampak sosial.
Pada akhir sesi penyampaian progres, PW IPM Riau yang diwakili Fadlan Jassikar menyoroti perlunya perkuatan nilai-nilai Muhammadiyah di kalangan kader IPM, yang sering terlihat melupakan akar mereka dan memprioritaskan keterlibatan politik atas tujuan organisasi.