Masih teringat jelas, bagaimana awal pertemuan seorang anak kecil yang masih polos dan lugu dengan IPM pada tahun 2015 yang lalu. Anak kecil itu diajak oleh salah satu pengurus IPM selepas turun dari surau pada hari yang mulai menggelap. Tanpa pikir panjang, anak kecil itu pun mengiyakan dengan penuh semangat dan antusiasme yang menggebu-gebu. Anak kecil itu selalu excited jika dihadapkan dengan hal-hal baru.
Anak kecil itu adalah aku. Aku yang masih tak menyangka akan berproses selama ini di ikatan ini. Satu dasawarsa, bukan waktu yang singkat. Begitu banyak perjalanan yang mewarnai setiap langkahku, begitu banyak orang-orang hebat yang ku temui, daerah-daerah luar yang baru pernah aku sambangi, dan berbagai dinamika yang hadir semata-mata untuk menumbuhkan diri.
Belajar, berproses, dan bertumbuh disini menjadi hal yang sangat aku syukuri dan sangat aku nikmati. Aku merasakan betul, bagaimana fase transformasi diri ini yang sedikit demi sedikit kian membaik seiring berjalannya waktu. Sesederhana yang dulunya aku seorang penakut, kini mulai mencoba lebih berani, lagi dan lagi. Pun, barangkali rasa itu teman-teman juga mengalaminya sendiri.
Dari sekian banyak organisasi yang aku ikuti, IPM-lah yang menurutku paling asyik, seru, dan menyenangkan. Bagaimana tidak? Konsepsi belajar sambil bermain, rapat sembari haha-hihi, tingkah gemas dan lucu anggota-anggotanya, dan sebagainya membuatku betah lama-lama disini. Hal-hal sederhana yang ternyata menjadi alasan kuat untuk tetap bergerak dan bertahan disini. Menjaga ritme keluwesan, kegembiraan, kekeluargaan, dengan sedikit kerandoman, tanpa mengurangi esensi dari sebuah pergerakan.
IPM adalah akar serabut yang menentukan nasib pohonnya untuk tetap bertahan ditengah badai. IPM adalah ujung tombak yang akan menentukan tajam tidaknya tombaknya untuk tetap runcing melawan segala bentuk penjajahan. Ya, IPM adalah penentu masa depan. Khususnya dalam ranah persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah masa depan kiranya dapat dilihat dari bagaimana pergerakan IPM hari ini. Hal ini perlu disadari secara kolektif dan menjadi perhatian bersama sebagai misi keberlanjutan generasi penerus perjuangan di dalam persyarikatan. Maka, IPM seyogyanya menjadi ruang-ruang berekspresi bagi para kader muda. IPM menjadi ruang menumbuhkan dan menguatkan kepribadian kader Muhammadiyah.
Berbagai rasa yang hadir dalam perjalanan ber-IPM seperti suka nan duka, tawa nan tangis, cinta nan benci, dan sebagainya, adalah rasa-rasa yang pada akhirnya menjadi ‘bumbu’ perjuangan kita di ikatan. Bumbu yang akan memberi rasa dan kenikmatan. Bumbu yang akan mendekatkan kita pada fase pendewasaan. Karena jika semua berjalan mulus, tanpa ada struggling, tanpa ada badai besar yang melanda, bukankah besar potensinya untuk kemudian kita lupa untuk bersyukur? Bukankah besar potensinya untuk kemudian kita berbangga diri dan berlagak angkuh? Seolah-olah diri kita lah sang penentu dan meniadakan campur tangan dari-Nya?. Wallahu alam.
Karena pada akhirnya ketika kita ber-IPM, kita tidak hanya sedang berupaya mengaktualisasikan diri untuk bertumbuh saja. Tetapi kita pun sedang berupaya untuk lebih mendekatkan diri dengan semesta raya, dengan Sang Maha Pencipta.
Terakhir, kami sampaikan untuk teman-teman kader IPM dimanapun berada. Mari sama-sama kita nikmati dan kita jalani setiap prosesnya, lalu kemudian sama-sama kita cari dan kita temui setiap makna di dalam perjalanan panjang ikatan ini.
Salam cinta dan rindu, kami sampaikan.
Sampai jumpa, kader ikatan!
- Penulis adalah Fahri Sabililhaq, Ketua Umum PD IPM Kabupaten Tegal 2024-2026. Manusia pemula yang sedang mencari arti tentang kebebasan. Kalian bisa terhubung dengannya di instagram @fahrisabilio
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.