Halalbihalal menjadi forum yang cukup masyhur dikalangan masyarakat muslim, dimana forum ini dapat mempertemukan seluruh sanak saudara (mungkin juga untuk masyarakat Jawa), sehingga hal ini wajib rasanya dilaksanakan setelah bulan Ramadhan, tepatnya di bulan Syawal.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) se-Surakarta pada bulan Syawal kali ini turut mengadakan halalbihalal sebagai forum silaturahmi antar pengurus PD IPM Se Solo Raya beserta dengan alumni-alumninya. Selain sebagai forum perekat persaudaraan, halalbihalal IPM Se-Surakarta ini juga menjadi forum penguatan gagasan dengan 3 poin besar yakni,
Berdaya Studi dan Kompetensi
Sebagai kader IPM yang basis masanya pelajar dengan gerakan utamanya adalah keilmuan, tentu pendidikan di nomor satukan. Seperti yang tertuang dalam janji pelajar muhammadiyah nomor 3 tentang komitmen kepada pendidikan, tentu hal tersebut harus tertanam kuat dalam setiap diri kader. Hal ini juga sesuai dengan kepribadian kader IPM yang tertuang di dalam ideologi IPM; Memiliki tradisi intelektual sehingga tercipta sikap kritis, inovatif dan kreatif sebagai landasan beramal kebajikan. Sehingga jika ditilik dari segi ideologis tentu IPM sangat berorientasi kepada pemberdayaan kader secara intelektual dan sudah menjadi tugas kader IPM untuk mengaktualisasikannya.
Berdaya dalam pendidikan hanyalah salah satu pilar penting yang dapat menopang kekokohan kader IPM. Pilar lain yang tak kalah pentingnya adalah berdaya kompetensi, baik dari segi kemampuan maupun juga kecakapan. Kader IPM harus memiliki keahlian dalam satu bidang tertentu, sehingga gerakan pemberdayaan dapat direalisasikan secara nyata, bukan hanya untuk pelajar umum, melainkan untuk kader IPM itu juga. Seperti petuah KH. Ahmad Dahlan yang berbunyi, “Jadilah master, insinyur, dan profesional lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu.”
3 Dharma Pangeran Raden Mas Said
Pertama pada rumangsa melu handarbeni. Rumangsa sendiri artinya merasakan, menyadari sedang handarbeni artinya memiliki. Maknanya jika seseorang diberikan sebuah tugas atau amanah, maka pelakunya wajib bertanggung jawab dalam melaksanakannya dengan sepenuh hati.
Kedua, wajib melu hangrungkebi. Kata melu berarti ikut dan hangrungkebi berarti melindungi, siap berkorban untuk membela. Artinya, untuk menjadi seseorang yang bijak, harus selalu siap berkorban untuk membela. Seperti menjaga dan melindungi kelestarian alam dan lingkungan atau berkorban dan melindungi negara ini dari krisis moral.
Terakhir, mulat sarira hangrasa wani. Kata mulat berarti melihat diri sendiri, sarira berarti badan, tubuh, hangrasa berarti merasa dan wani artinya adalah berani. Secara umum, falsafah ini harus dibaca dari belakang yang bermakna berani merasa untuk melihat diri sendiri.
Aktualisasi Integrasi-Interkoneksi
Gerakan pelajar berkemajuan yang menjadi paradigma gerakan IPM saat ini merupakan refleksi dari gagasan profetik yang juga menjadi dasar gerakan islam berkemajuan (At Tanwir) dari Muhammadiyah. Sebagai gerakan yang berasal dari sumber sama, maka substansinya tak banyak berbeda, hanya saja di IPM gerakan tersebut diadaptasikan ke dalam ranah pelajar. Salah satunya adalah poin Integrasi-Interkoneksi yang merupakan buah pemikiran Prof Amin Abdullah.
Secara sederhana, intepretasi IPM dalam memahami integrasi-interkoneksi ada pada kesinambungannya tiga pilar pokok, yaitu zikir, pikir dan amal. Tiga hal yang menjadi elemen dan kekuatan utama gerakan IPM, dimana ketiga hal tersebut harus saling aktif, menonjol sama rata, dan tak ada dominasi, karena hal ini dikhawatirkan dapat membuat kekuatan utama menjadi kekurangan yang sangat fatal.
Zikir dimaknai sebagai proses ibadah, internalisasi spiritualitas, penguatan religiusitas, serta pembelajaran tentang ilmu-ilmu agama. Zikir menjadi poin pertama dikarenakan sebagai kaum muslim tentu tanggung jawab utama kita adalah mempelajari agama dengan baik.
pikir dimaknai sebagai proses belajar, memahami ilmu dan beberapa hal sejenis lainnya. Hal ini menjadi tanggung jawab kedua sebagai insan dan kader IPM karna penguatan spiritualitas menjadi dasar pembentukan akidah yang kokoh, baru kemudian dikuatkan dengan pemikiran logis dan kritis melalui internalisasi intelektual.
Baik zikir dan fikir tak boleh saling dominan, keduanya harus saling mengisi, menguatkan, berintegrasi dan terkoneksi satu sama lain. Hal ini senada dengan ucapan Albert Einstein “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh”.
Kemudian yang terakhir adalah amal. Bentuk komitmen konkret sebagai insan yang kamil adalah mampu mengimplementasikan segala macam ilmu yang telah ia terima. Pakaian dari sebuah kecerdasan intelektual maupun kecerdasan spiritual adalah baik dan sempurnanya amal yang dilakukan. Maka ini yang harus menjadi perhatian kader, jangan hanya baik dalam bicara tapi kita juga harus mampu mengimplementasikan ucapan serta pemikiran yang muncul dari dalam kepala. Apabila mampu melakukanya, maka sempurnalah integrasi-interkoneksi pelajar Muhammadiyah.
Banyak sekali gagasan yang bisa kita petik dari beberapa pembicara dalam halalbihalal IPM se-surakarta. Bersama Mas Taufik Nugroho (senior sekaligus Direktur LBH-AP PP Muhammadiyah) dan bapak Aidul Fitriciada Azhari (Ketua KY periode 2016-2018) difasilitasi oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Auditorium Mohammad Djazman pada Ahad (7/5/2023)
- Penulis adalah M. Taufiq Hassan, Sekretaris Umum PW IPM Jawa Tengah Periode 2021-2023 dan Daei Aljanni, Sekretaris Bidang Perkaderan PW IPM Jawa Tengah Periode 2021-202
- Substansi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.