IPM.OR.ID., KENDARI – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) resmi membuka kegiatan Sekolah Literasi yang dilaksanakan pada Kamis-Ahad (02-05/06/2022) di Aula Universitas Muhammadiyah Kendari. Sekolah Literasi PP IPM yang mengusung tema “Harmonisasi Budaya Literasi, Menuju Masyarakat Ilmu” diikuti oleh 19 peserta yang berasal dari berbagai penjuru daerah di Indonesia.
Pembukaan Sekolah Literasi yang menampilkan pertunjukkan Tapak Suci dan Tari Nirmala dihadiri pula oleh Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi Tenggara (PW IPM Sultra) Wira Muhammad Rafli, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi, Rektor UMK Amir Mahmud, Menteri Kemendikbudristek Nadiem Makarim, dan Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad.
Ketua PW IPM Sultra Wira Muhammad Rafli menyampaikan rasa terima kasihnya atas kerja sama antara PP IPM dengan PW IPM. “Saya berharap agar kegiatan Sekolah Literasi ini bisa berjalan lancar dan mencapai tujuannya,” ujar Wira.
Di antara banyak perdebetan terkait literasi, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi menyampaikan bahwa adanya program Sekolah Literasi ini adalah untuk mengejawantahkan bahwasanya literasi adalah tidak sempit dan seterbatas itu.
“Literasi tak sebatas membaca seperti yang diperintahkan di dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5. Dalam ayat lain juga banyak ditemukan bahwa Allah memerintahkan hamba-Nya untuk merenung dan bertanya tentang apa saja yang ada di alam ini,” terang Nashir.
Rektor UMK Amir Mahmud berpesan kepada Ketua PW IPM Sulawesi Tenggara agar mengadakan pula Sekolah Literasi di kalangan pelajar SMP-SMA.
“Apapun bidang literasi yang kita tekuni haruslah dilapisi dengan bingkai akhlakul karimah. Semua tindakan yang tidak dibingkai dengan akhlakul karimah, maka akan cepat pudar. Kami berharap agar pimpinan juga membentuk kelompok-kelompok literasi, entah itu literasi digital maupun literasi sains,” ujar Amir.
Kemampuan literasi masyarakat Indonesia rendah dari negara-negara lain karena literasi belum menjadi prioritas. Semenara itu, Menteri Dikbudristek Nadiem Makarim menjelaskan bahwa kemampuan memahami teks tidak menjadi perhatian khusus sehingga proses pemahaman terjadi tidak secara mendalam.
“Dunia pendidikan dengan transformasi merdeka belajar adalah pembelajaran yang bermakna, relevan, dan memerdekakan. Oleh karena itu, Saya mengapresiasi PP IPM yang mengadakan kegiatan Sekolah Literasi PP IPM karena menjadikan membaca sebagai budaya,” kata Nadiem secara daring.
Kelemahan masyarakat Indonesia adalah penguasaan dalam bidang teknologi. Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menyampaikan bahwa masyarakat lebih banyak berzikir daripada berpikir. Kunci dari melek ilmu pengetahuan adalah melek literasi. Allah melalui QS. Al-Alaq menyuruh hamba-Nya untuk belajar, melihat, dan memahami lingkungan.
“Saya mendukung dengan keberadaan sekolah literasi agar banyak dari IPM maupun warga Muhammadiyah memiliki kemampuan literasi yang baik,” pungkas Dadang sekaligus membuka Sekolah Literasi PP IPM secara daring. *(inas)