IPM.OR.ID., – Dampak perubahan iklim bukan lagi isu yang enteng untuk disepelekan. Menanggapi isu tersebut, PP IPM gelar DialoGue dengan menghadirkan tiga pembicara lintas usia pada Rabu (29/12/2021).
Menurut Aeshnina Azzahra, selaku pembicara pertama, yang berperan sebagai anak-anak menekankan bahwa limbah plastik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai di lingkungan. Ia pun mengajak untuk sadar pentingnya tidak menggunakan plastik sekali pakai, apalagi jika terbuang di perairan.
‘’Plastik itu akan mrotoli jadi mikroplastik seukuran plankton. Dampaknya mikroplastik seakan menjadi magnet yang memiliki kemampuan menangkap sisa cucian, logam berat dll. Apabila mikroplastiknya itu dimakan ikan dan ikannya kita makan,’’ ucap gadis 14 tahun pendiri River warrior itu.
Aeshnina yang juga sempat menjadi pembicara Plastic Health Summit di Amsterdam itu melanjutkan paparan mengenai bahaya mikroplastik jika dimakan manusia.
‘’Polutan yang tersimpan dalam mikroplastik dan masuk ke dalam tubuh kita itu akan menyerang organ reproduksi, otak, dll,’’ imbuhnya.
Selanjutnya, Kholida Annisa Ketua Bidang Lingkungan Hidup PP IPM. Perannya sebagai remaja dalam mengurangi dampak perubahan iklim. Ia mengungkap bahwa akan membuat proses modul dan audiensi ke dinas pendidikan agar disisipkan dalam mata pelajaran siswa.
‘’Sebab, meskipun sudah ada sekolah adiwiyata belum juga membantu menyoundingkan urgensi isu lingkungan secara massif,’’ kata Kholida.
Sementara pembicara ketiga, Yuliana Rini DY selaku Balitbang Kompas sekaligus Founder Bank Sampah Gaul. Ia menyampaikan perannya sebagai ibu dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
‘’Sebagai ibu, saya mengajarkan anak-anak untuk menghabiskan makanan. Karena menurut literatur yang saya baca bahwa limbah domestik berupa sampah sisa makanan yang tidak terolah dengan baik, bisa menyebabkan dampak buruk pada lingkungan,’’ tuturnya.
Sebanyak 39,85 % sampah sisa makanan, sambung Yuliana, mendominasi komposisi sampah di Indonesia.
Dalam prosesnya, Yuliana memfasilitasi kantong pilah sampah di rumahnya. Selain itu juga menggerakkan ibu-ibu di sekitarnya untuk mengelola bank sampah dengan berbagai daya tarik yang kreatif.
Sebagai penutup, ia juga mengatakan perlunya kolaborasi pentahelix baik dari dunia usaha, akademisi, pemerintah, media massa dan masyarakat. Untuk sama-sama menyadari isu lingkungan.
‘’Pemerintah menciptakan regulasi agar produsen meminimalkan sampah plastik, konsumen juga harus bijak mengurangi plastik sekali pakai,” tutupnya.