Bulan suci Ramadan tinggal menghitung hari, Muhammadiyah sudah jauh hari mempunyai tanggal untuk awal pelaksanaan ibadah puasa, yakni tanggal 24 April 2020. Mungkin, Ramadan tahun 1441 H ini akan terasa berbeda dengan Ramadan sebelum-sebelumnya. Dimana nampaknya, kita masih harus berhadapan dengan pembatasan sosial (social distancing & physical distancing). Padahal, bulan Ramadan yang sering kita jumpai selalu penuh dengan kebersamaan, mulai dari sahur bersama, ngabuburit, buka bersama, sampai shalat Tarawih dan tadarus pun kita sering lakukan bersama-sama. Himbauan untuk shalat tarawih dirumah, hingga mengadakan shalat ied pun baiknya tidak dilakukan jika wabah pandemi korona masih belum mereda. Akan banyak hal yang menjadi kebiasaan di bulan Ramadan yang hilang, jika pandemi Covid-19 ini belum berakhir.
Berburu takjil menjelang buka atau sekedar kumpul sambil menunggu bedug maghrib. Budaya buka bersama (bukber) juga nampaknya akan hilang seiring belum berakhirnya pandemi dan mungkin juga akan dilarang ketika mengadakan bukber ataupun sahur bareng ketika corona belum pergi dari bumi pertiwi. Meski sarana komunikasi sudah canggih dan seakan memutus jarak, namun kehangatan dalam kebersamaan pastilah lebih afdhol dengan suasana bercengkrama dan bercanda. Bulan puasa yang malam hari kita nikmati dengan jamaah tarawih, tadarus Al Qur’an, serta pondok kilat seperti pondok Ramadan yang biasa diadakan di lembaga pendidikan pun terancam tidak ada akibat wabah ini. Ramadan bulan kebersamaan, bulan muhasabah, dan bulan dimana kita berlomba meraih pahala secara bersama yang menjadi bulan istimewa dari 11 bulan lainnya. Pastinya kita akan merindukan kajian di sore hari sambil menanti waktu berbuka, kemudian dilanjut dengan buka puasa bersama.
Menuju Syawal
Menjelang 1 Syawal, biasanya kita selalu melihat takbir keliling yang kerap ada diberbagai daerah dari kota hingga pedesaan. Kadang dengan menaiki kendaraan, kadang juga jalan kaki sambil membawa obor. Ketika nanti Syawal 1441 H tiba, kita akan kedatangan oleh hari kemenangan, dimana shalat Id berjamaah dilapangan akan menjadi awal permulaan. Dilanjutkan silaturahim ke tetangga dan sanak saudara dengan jabat tangan erat. Momen dimana kumpul bersama keluarga, ketika mungkin beberapa bulan terpisah. Belum lagi acara halal bi halal yang kerap diadakan, menambah suasana keakraban yang marak dilaksanakan di daerah. Tapi, ketika wabah corona masih menghantui, dan penyebarannya makin masif bahkan sulit terdeteksi. Mungkin kita akan puasa bertemu dan berjumpa dengan kerabat dan keluarga, apalagi himbauan untuk tidak mudik dari sekarang sudah di sampaikan guna memutus mata rantai COVID-19. Pastinya kita harus turut serta dalam menghentikan sebaran pandemi ini, dengan menahan diri untuk tidak mudik meski menahan rindu terhadap family.
Ramadan yang hendak hadir di tengah-tengah kita sebentar lagi, menjadi bulan yang selalu di nanti untuk kita membersihkan diri dan melepas rindu kepada orang yang kita kasihi. Nampaknya kita harus lebih lama menahan rindu itu, melihat corona masih dan makin merambah ke seluruh daerah. Hampir seluruh propinsi di Indonesia saat ini sudah ada yang terjangkiti, membuat kita harus senantiasa sabar dan tetap waspada serta meningkatkan kebersihan dan kesehatan diri. Kita percaya, bahwa badai corona ini pasti akan berakhir, dan kita juga berharap agar berakhirnya lebih cepat seiring Ramadan yang semakin dekat. Doa dan semangat mari kita berikan kepada pejuang yang berada di garis depan, yakni para tenaga medis. Sudah seharusnya kita ikut menghambat laju penyebaran dan penularan virus corona ini. Apalagi sudah ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna mencegah virus agar tidak semakin meluas, sudah seharusnya kita berperan mendukung kebijakan tersebut agar wabah ini lebih cepat teratasi.
Harapan Ramadhan 1441 H
Kita semua berharap virus corona ini segera hilang seiring datangnya Ramadhan, doa dan ikhtiar adalah hal yang kita lakukan. Sehingga, bulan Ramadhan 1441 H akan kita jalani dengan suasana yang nyaman, dan Idul Fitri pun kita sudah bisa berjabat tangan. Musibah sejatinya adalah cara Allah menguji keimanan kita, dalam Al Qur’an Allah berfirman yang artinya :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” [al Baqarah/2:155-157]
Sebagai orang beriman, kita harus berikhtiar dan bersabar dalam menghadapi pandemi corona ini. Kita harus yakin kita dapat mengatasi wabah ini, firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Dan dari setiap kesulitan, Allah memberikan kemudahan:
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Oleh karena itu, mari kita tetap semangat dan memberikan semangat kepada para tenaga medis yang sedang berjuang melawan virus corona ini. Dukungan dari kita merupakan energi bagi mereka, dan kita harus ikut menjaga diri serta menghentikan sebaran COVID-19 semampu kita. Bisa dengan #DirumahAja , dengan memakai masker, dan juga menjaga jarak (social dan physical distancing). Semoga bulan Ramadhan nanti, kita bisa beribadah dengan nyaman, jika wabah ini belum usai, mari kita ikuti himbauan yang ada agar kita semua terhindar dari paparan virus.
Namun, jika nanti saat kita memasuki Ramadan masih ada pandemi ini, baiknya kita gunakan untuk bermuhasabah diri. Dengan lebih memanfaatkan waktu #dirumahaja dengan beribadah, tadarus, dan amalan baik lainnya. Semoga Allah segera mengangkat virus corona ini, dan yang sedang berjuang melawan, semoga diberikan kekuatan serta kesehatan. Serta mereka yang telah gagal berjuang, sehingga harus mendahului kita, diampuni segala dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin. (*)
*) Catatan
- Penulis adalah Hendra Hari Wahyudi alumni IRM tahun 2004-2005
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.