a. Pemanasan global urusan kita bersama
Keadaan geografis Indonesia merupakan suatu anugrah Tuhan yang sudah selayaknya dijaga. Namun, era milenial saat ini manusia yang hakikatnya sudah diberikan akal dan pikiran seakan menutup mata terhadap permasalahan yang sedang terjadi, khususnya isu pemanasan global. Menurut Natural Resources Defence Council menjelaskan prinsip dasar yang harus diketahui global warming adalah suatu kondisi peningkatan suhu rata-rata permukaan lapisan bumi yang disebabkan oleh konsentrasi gas rumah kaca yang berlebihan. Keadaan ini seringkali terjadi dikarenakan ulah manusia yang tidak berwawasan lingkungan.
Konsep agenda pembangunan berkelanjutan seperti tercantum dalam tujuan pembangunan Sustainable Development Goals (SDGS) harus didukung dengan sebuah advokasi sosial yang bisa menyelaraskan antara program dengan praktik kehidupan sosial masyarakat sehari-hari.
Maka dalam tulisan ini penulis mencoba menganalisis lebih jauh terkait gerakan ekologi literasi (ekoliterasi) terhadap respon isu pemanasan global.
Adapun beberapa contoh penyebab yang memicu adanya pemanasan global (global warming) yaitu emisi gas rumah kaca dan bahan bakar fosil, polusi kendaraan berbahan bakar bensin, polusi metana oleh pertanian, perkebunan, dan peternakan, pemborosan energi listrik, pengrusakan hutan, serta pembakaran sampah yang berlebihan. Akibatnya semua aktivitas tersebut menjadi penyumbang terbesar karbon dioksida (CO2) yang memerangkap panas sehingga tidak bisa keluar angkasa. Maka hal inilah awal yang menyebabkan adanya pemanasan global. Sumber penyebab tersebut jika dicermati berasal dari aktivitas sosial masyarakat dimana masih banyak orang yang belum mempunyai kesadaran dalam membangun gaya hidup ramah lingkungan.
Meminjam kata di buku greendeen karya Ibrahim Abdul-Matin tentang energi surga dan energi neraka. Antara Energi terbarukan melawan energi yang sekalipakai langsung habis yang berdampak terhadap kerusakan ekologis. Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan, pengrusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung/ tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Sedangkan Seyyed Hossein Nasr (dalam Muzaffar Iqbal : 2007) yang terkenal dengan gagasannya tentang a sacred science , mengatakan bahwa berdasarkan pengetahuan profetis Islam, maka manusia diharuskan untuk tidak menaklukkan alam, dalam arti mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam secara brutal. Namun manusia dapat memanfaatkan sumber daya alam sesuai dengan perintah Allah.
Mengutip dari tempo.co Menurut peneliti Berkeley Earth menemukan pada tahun 2018 adalah ke 4 kalinya suhu bumi menyentuh titik terpanas, dengan rata-rata sekitar 1,16 derajat celcius. Dengan keadaan suhu panas bumi yang mencengkam banyak nyawa mahluk hidup Kondisi degradasi lingkungan sebenarnya bukan hanya membahas akibat pemanasan global saja, melainkan membangun pemahaman relasi antara alam dengan manusia. (Seftyono,2014) juga menjaskan menjelaskan adanya kerangka relasi manusia dan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari studi alam, maupun ilmu sosial semata. Artinya ketika adanya sebuah hubungan seperti ini tentu akan memunculkan pula hadirnya sebuah politik kepentingan. Politik yang diartikan dalam hal ini yaitu arah untuk mendapatkan keuntungan dari alam ataupun yang sering disebut sebagai politik ekologi.
b. Tantangan IPM menghadapi pemanasan global
Isu lingkungan sudah lama dibahas oleh IPM, seakan ini sudah menjadi pergerakan IPM secara menyeluruh namun dalam praktiknya masih banyak evaluasi tentang pergerakan isu lingkungan, pendidikan lingkungan melalui literasi ekologi (eco-literacy) akan terus dikembangkan dalam perjalanan IPM kedepanya, agenda melek lingkungan ini diharapkan membantu bumi dalam menjaga suhu dan keadaan ekosistem yang berkelanjutkan, IPM dalam hal ini perlu memasiffkan gerakan:
• Ubah cara pandang
Sudah waktunya cara pandang ini mengalami perubahan dan sudah waktunya pula semua pihak melakukan aksi dan upaya nyata untuk menangani dampak yang muncul dan mengendalikan perubahan iklim supaya tidak semakin parah. Di akhir 2015 lalu, negara-negara yang diwakili oleh pemerintahnya masing-masing telah bersepakat bahwa perubahan iklim harus diselesaikan bersama-sama. Bukan hanya oleh kelompok negara tertentu dan bukan pula hanya oleh pemerintah saja. Hal ini wajar karena pada akhirnya kita harus melakukan adaptasi dan mitigasi demi memastikan keberlanjutan kehidupan dan juga memastikan terwujudnya kesejahteraan yang menjadi cita-cita semua bangsa di dunia. Cara pandang Pelajar Muhammadiyah yang belum tergerak hatinya dan melangkahkan gerak dalam membantu menolong bumi yang sedang tidak baik-baik ini.
• Polusi Udara dan gangguan kesehatan
Laporan World Air Quality Report 2018 itu menyebut, konsentrasi rata-rata tahunan particulate matter (PM) 2,5 tahun 2018 mencapai 45,3 µg/m3, sedang Hanoi, 40,8 µg/m3. Artinya, konsentrasi PM 2,5 di Jakarta sampai empat kali lipat dari batas aman tahunan menurut standar WHO, yakni 10 µg/m3. Angka itu, melebihi batas aman tahunan, menurut standar nasional pada PP Nomor 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, yakni 15 µg/m3. Jakarta sebagai ibukota negara kita masuk 10 besar dunia. Untuk Asia Tenggara, Indonesia memiliki kualitas udara PM 2,5 terburuk nomor satu rata-rata tahunan 2018, kata Bondan Andriyani, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, usai aksi merespon laporan berjudul World Air Quality Report 2018.
Perhatian terhadap isu ini akan membantu kita mencapai target kesehatan dan iklim. Meskipun jarang dibicarakan, faktanya polusi udara dan perubahan iklim diakibatkan oleh beberapa faktor yang sama. Bahkan, dalam beberapa hal, kedua isu ini disebabkan oleh elemen kimia yang sama. Polutan iklim berumur pendek seperti gas metana, karbon hitam, hidrofluorokarbon (HFC) dan ozon troposferik berdampak besar pada suhu global. Beberapa polutan iklim ini juga merupakan polutan udara yang merusak. Sebagai contoh, gas metana merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat. Dalam kurun waktu 20 tahun, gas ini memiliki dampak pemanasan global 86 kali lebih tinggi dari karbon dioksida. Gas ini juga merupakan produsen terbesar ozon permukaan tanah, komponen utama kabut asap, yang dapat memperburuk bronkitis dan asma serta merusak jaringan paru-paru. Paparan ozon troposferik sendiri menyebabkan sekitar satu juta kematian dini setiap tahunnya.
• Peningkatan Komitmen dan mengambil momentum
Hari Bumi adalah hari pengamatan tentang bumi yang dicanangkan setiap tahun pada tanggal 22 April dan diperingati secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini yaitu bumi. Dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat Gaylord Nelson pada tahun 1970 seorang pengajar lingkungan hidup. Tanggal ini bertepatan pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan. PBB sendiri merayakan hari Bumi pada 20 Maret sebuah tradisi yang dicanangkan aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969, adalah hari dimana matahari tepat di atas khatulistiwa yang sering disebut Ekuinoks Maret. Makalah baru dari WRI/Oxfam membahas berbagai cara agar negara-negara dapat memasukkan target, kebijakan dan aksi terkait polutan iklim berumur pendek dan sektor-sektor kunci terkait ke dalam NDC yang baru atau yang diperbarui. Dengan begitu, manfaat iklim dan kesehatan dapat langsung dirasakan oleh negara-negara ini, sementara mereka yang berperan paling kecil dalam perubahan iklim tidak dibiarkan merasakan dampaknya yang semakin parah.
Pada 22 April diperingati hari bumi, ada banyak hal bisa dilakukan dan menggalakan aksi kampanye akbar tentang isu merawat bumi. IPM sebagai gagasan pelajar peduli lingkungan dampak ini akan menjadi spirit baru IPM guna memberi kekuatan dan pengaruh besar terhadap keberlangsungan bumi. greta thunberg hari ini menjadi inspirasi dan muhasabah bagi pelajar di seluruh dunia bahwa untuk menggerakan manusia untuk peduli terhadap iklim bisa dilakukan tidak memandang usia.
Ada hal yang menarik dari rekomendasi Muktamar ke-47 di Makassar pada waktu menghasilkan 13 rekomendasi salah satu rekomendasinya adalah daptasi dan mitigasi perubahan iklim. Sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah,IPM harus mengambil peran ini guna menyongsong perbaikan iklim di bumi ini.
*) Catatan
- Penulis adalah Al Bawi, Anggota Bidang PIP PP IPM.
- Substansi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.