IPM.OR.ID, #WabahBelumBerakhir – Ikatan Pelajar Muhammadiyah sukses gelar Tanwir secara daring yang diikuti oleh Pimpinan Wilayah IPM se-Indonesia pada Sabtu (29/08). Tanwir IPM kali ini membahas perubahan waktu dan mekanisme pelaksanaan Muktamar IPM yang mulanya akan digelar pada November 2020 dengan Jawa Tengah sebagai Tuan Rumah. IPM akan menjadi Organisasi Pelajar Pertama yang mengkombinasikan sistem daring dan luring dalam perhelatan musyawarah terbesarnya.
Pimpinan Pusat IPM sebagai penyelenggara Tanwir sebelumnya telah membuka forum dengar pendapat dengan Pimpinan Wilayah IPM se-Indonesia membahas agenda yang sama. Tanwir dilakukan untuk mengesahkan keputusan terkait hal-hal yang menjadi pembahasan dalam forum tersebut.
Rekomendasi Tuan Rumah
Pimpinan Wilayah IPM Jawa Tengah selaku tuan rumah Muktamar memberikan rekomendasi pelaksanaan Muktamar secara daring atau kombinasi daring dan luring yang disebut juga Hybrid. Hal ini didasarkan kepada rekomendasi dari PWM Jawa Tengah yang juga menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah mengatur ulang waktu pelaksanaan Muktamar karena melihat kondisi Indonesia saat ini yang masih berada dalam status darurat Covid-19 meskipun sebagian besar masyarakat sudah mulai kembali beraktifitas-disebut kenormalan baru oleh pemerintah Indonesia-. Terutama setelah PP Muhamadiyah memutuskan pengunduran pelaksanaan Muktamar.
Tanwir IPM 2020 menghadirkan beberapa ahli untuk memaparkan prasaran terkait pelaksanaan Muktamar IPM. Diantaranya, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, M.Si., Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) yang diwakili oleh dr. Ahmad Muttaqin Alim, Sp,An., (EMDM) dan Koordinator Syiar Digital Muhammadiyah, Arif Nur Kholis.
Muktamar Luring di Tengah Pandemi
dr. Ahmad Muttaqin Alim, Sp,An., (EMDM) atau yang akrab disapa Dokter Alim menyampaikan rekomendasi dan data untuk menggambarkan bahwa Indonesia masih dalam kondisi darurat Covid-19 dan akan sangat beresiko jika pelaksanaan Muktamar tetap menggunakan format luringsebagaimana pelaksanaan Muktamar di tahun-tahun sebelumnya.
Dokter Alim memberikan ilustrasi “Saya urut, misalnya, sebelum berangkat testing memastikan semua peserta aman, saat tiba di lokasi, memastikan kembali peserta masih aman dan tidak terpapar selama di perjalanan. Selanjutnya saat Muktamar berlangsung, bagaimana menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan seterusnya.”
Beliau juga menjelaskan prosedur di atas akan semakin rumit jika kemudian ditemukan salah satu peserta dinyatakan positif Covid-19. Rumitnya melakukan tracing seluruh peserta Muktamar. Dokter Alim memberikan rekomendasi untuk mengukur kembali kemampuan IPM melaksanakan Muktamar Hybrid dengan membuat satgas di lokasi-lokasi tempat berkumpulnya peserta. Selain selalu mengikuti perkembangan kondisi Covid-19 di Indonesia dan ketersediaan vaksin, sehingga dapat menentukan perubahan skenario Muktamar. Jika kemudian IPM mengukur tidak mampu memastikan hal-hal tersebut maka perlu ada alternatif Muktamar sepenuhnya daring.
Mekanisme Muktamar Hybrid
Selanjutnya, Arif Nur Kholis, Koordinator Syiar Digital Muhammadiyah memberikan gambaran skenario pelaksanaan Muktamar sepenuhnya daring dan separuh daring (Hybrid). Sistem Hybrid adalah memadukan Muktamar tatap muka dan Muktamar virtual. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat, sebagaimana rekomendasi dari Ahli, Gugus Tugas serta MCCC. Muktamar hybrid mendatangkan sebagian kecil peserta di arena muktamar, sedangkan sisanya mengikuti secara virtual di Wilayah dan Daerah masing-masing.
Berdasarkan hasil musyawarah Tanwir IPM 2020, Muktamar Hybrid IPM akan dilaksanakan pada Maret 2021. Apabila pada Januari 2021 kondisi membaik, dibuka kemungkinan untuk menambah jumlah peserta yang hadir tatap muka atau dibuka kemungkinan untuk menyelenggarakan muktamar tatap muka dengan seluruh peserta hadir. *(Tim Redaksi)