IPM.OR.ID, – Setelah melakukan diskusi bersama, Ketua Bidang Perkaderan Se-Jawa mengadakan Diskusi Perkaderan Nasional yang mengusung tema “Pelajar Berkemajuan dan Hal-hal yang Belum Selesai”. Diskusi online ini diadakan pada Rabu (28/10) pada pukul 19.30 – 22.00 WIB.
Diskusi online ini dihadiri 100 peserta yang merupakan perwakilan pimpinan IPM yang berasal dari pimpinan ranting hingga wilayah. Tujuan diadakannya ini adalah sebagai wadah aspirasi mengenai perkembangan Sistem Perkaderan IPM (SPI) dan memperingati 6 tahun SPI Kuning. Moderator dalam diskusi ini ialah Yusuf Rohmat Yanuari.
Kegiatan ini dihadiri pula Ketua Bidang Perkaderan se-Pulau Jawa yang menjadi penyelenggara sekaligus pemantik acara Diskusi Perkaderan Nasional.
Pembicara utama dalam diskusi perkaderan nasional ini ialah Ketua Umum PP IPM Hafiz Syafa’aturrahman. Hafiz menyampaikan dalam diskusi ini bahwa sangat penting untuk mengubah SPI di lingkup perkaderan karena perubahan corak paradigma gerakan itu perlu dilakukan agar gerakan itu senantiasa mengikuti zaman.
Hafiz mengungkapkan bahwa dalam perkembangannya, SPI terus mengalami perubahan dan menyatakan hal yang menjadi masalah di perkaderan.
“Adapun hal yang menjadi masalah perkaderan adalah apakah dengan mengadakan Taruna Melati itu akan menghasilkan output yang membuat perubahan pada pesertanya. Hal ini perlu dicermati lagi karena banyak pelajar yang ketika mendengar kegiatan Taruna Melati itu merasa tak berguna dan buang-buang waktu. Mereka beranggapan demikian karena apakah jika ia mengikuti Taruna Melati akan memberikan dampak tertentu atau tidak,” ungkap Hafiz.
SPI sendiri merupakan rumusan yang sekaligus dianggap kitab suci bagi perkaderan IPM. Diskusi ini secara garis besar membahas permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di dunia perkaderan dan SPI.
Hafiz mengatakan dalam diskusi ini bahwa hal yang menjadi masalah perkaderan adalah apakah membuat Taruna Melati menghasilkan output yang membuat perubahan pada pesertanya. Hal ini perlu dilakukan karena banyak pelajar yang ketika mendengar kegiatan Taruna Melati itu tak berguna dan buang-buang waktu. Mereka beranggapan demikian karena apakah jika ia mengikuti Taruna Melati akan membuatnya menjadi itu bisa memberikan dampak tertentu atau tidak.
Selain membahas tentang permasalahan perkaderan, diskusi ini lebih juga banyak membahas SPI dan apa saja yang masih dipermasalahkan di dalamnya sehingga bisa memberikan jalan keluar agar nantinya SPI Kuning ini bisa mencetak kader IPM yang berkualitas.
Para pemantik yang berasal dari ketua bidang perkaderan dari perwakilan wilayah se-Jawa turut menyumbangkan pendapatnya mengenai SPI kuning. Entah itu mengenai penafsiran SPI di masing-masing wilayah, mewacanakan perubahan dan perbaikan rumusan SPI, serta ideologi yang pantas untuk diterapkan dalam SPI itu sendiri.
Di akhir diskusi, Monica Subastia sebagai penanggap dalam diskusi ini pun memberikan komentarnya terhadap apa yang sudah didiskusikan para pemantik. Monica mengatakan bahwa permasalahan praksis perkaderan IPM tidak akan pernah selesai dan hal yang perlu dilakukan adalah fokus pada pelaksanaan SPI Kuning yang masih bisa kompatibel hingga 2024 nanti.
“Jika SPI Kuning dinilai kurang seimbang, sesungguhnya SPI Kuning itu memiliki paradigma Integrasi Intrakoneksi yang di mana SPI Kuning ini justru memberi jalan tengah karena antara spiritual dan Intelektualitas dapat berjalan seimbang,” pungkas Monica di akhir diskusi (inas).