IPM.OR.ID.,JAKARTA – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menyelenggarakan Sarasehan Resepsi Milad ke-62 IPM dengan tema Merajut Karya, Berdaya Bersama pada Ahad (23/07/2023).
Kegiatan yang dilaksanakan di Auditorium Direktorat Pendidikan Tinggi Gedung D Kemendikbud Ristek Jakarta ini turut mengundang para pembicara kondang, antara lain, Alia Noorayu Laksono (Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olahraga Bidang Komunikasi dan Hubungan Internasional), Aminuddin Aziz (Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristek), Sofyan Sjaf (Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB), dan Meuthia Ganie Rochman (Sosiolog FISIP Universitas Indonesia).
Pada kesempatan kali ini Alia menyampaikan betapa pentingnya organisasi dalam proses pengembangan diri terutama pada pelajar Indonesia, menurutnya dalam berorganisasi kita akan mempelajari tentang hal-hal yang tidak akan kita pelajari di sekolah.
Alia juga menyampaikan tentang pentingnya menerapkan sociopreneurship, yakni kemampuan untuk mengelola sekaligus memperkuat sumber daya yang ada di tingkat lokal.
“Organisasi sangat penting karena dapat membuka pikiran, relasi, dan menemukan hal-hal baru. Berorganisasi sangat penting karena akan mendapat ilmu kepemimpinan yang tidak dapat didapatkan di sekolah,” ujar Alia.
Selanjutnya ada Aminuddin yang memaparkan bahwa pendidikan bukanlah suatu investasi yang menjanjikan untuk menuai keuntungan secara materi, karena tidak ada yang tahu persis apa yang akan terjadi dimasa depan kecuali generasi yang ada di zaman tersebut.
“Persiapkanlah diri kalian untuk apa yang akan terjadi di masa depan dan sudah menjadi tugas kita untuk mengantisipasi keadaan pendidikan yang akan terjadi di generasi selanjutnya,” kata Aminuddin.
Bicara soal pendidikan, Aminuddin menyampaikan keprihatinannya atas rendahnya kompetensi literasi dan numerasi Indonesia yang bahkan tidak mencapai angka minimal. Bahkan menurut data pada tahun 2021, 50% penduduk Indonesia belum memenuhi standar kemampuan literasi yang ditetapkan, ia berharap IPM sebagai wadah bagi para pelajar memiliki tanggung jawab moral untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Kemudian ada Meuthia yang menyampaikan bahwa kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari organisasinya karena organisasi adalah kendaraan menuju perubahan. Saat ini kecerdasan buatan menciptakan banyak ruang-ruang yang seharusnya diisi oleh kita sebagai manusia.
Disini Meuthia memaparkan definisi cerdas menurutnya adalah bisa mengambil jalan yang tidak disediakan oleh sistem manapun. Sedangkan anak muda zaman sekarang cenderung tunduk pada jalan yang dibangun oleh teknologi digital. Disinilah peran organisasi sebagai pengisi kekosongan yang diciptakan oleh teknologi digital.
“IPM harus mengisi prinsip-prinsip baru dengan pergaulan digital dan Indonesia butuh organisasi untuk menciptakan hal tersebut sebagai konsolidasi,” ujar Meuthia.
Sama halnya dengan Alia, Meuthia juga menegaskan bahwa IPM harus memperkuat sociopreneurship, sesuai dengan misi seorang muslim yaitu menebar kebermanfaatan dimanapun ia berpijak.
Terakhir ada pemaparan dari Sofyan yang mengatakan bahwa IPM harus bisa bertransformasi. Sebagai wahana keilmuan pelajar, IPM harus memiliki data dan informasi yang memadai dalam menghadapi era disruptif.
“Karena kenyataannya data yang selama ini kita terima hanya diciptakan untuk membuat kita merasa aman padahal realita menyatakan kebalikan,” kata Sofyan
Sofyan mengatakan banyak orang yang mengabaikan pembangunan desa padahal desa merupakan sumber perekonomian yang sesungguhnya. Hal ini dibuktikan pada situasi pandemi Covid 19 lalu, banyak kota kota besar di Indonesia yang perekonomiannya dibuat tumbang oleh pandemi, akan tetapi kehidupan di desa tetap hidup dan berlangsung dengan baiknya. *(Lisa)