IPM.OR.ID., YOGYAKARTA – Greenfaith, Kader Hijau Muhammadiyah Komite Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rumah Baca Komunitas (RBK), dan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) baru saja menggelar kegiatan kolaboratif pada Senin (11/10/21) lalu. Kegiatan yang bertemakan “Hijau Imanku Lestari Bumiku” ini dilaksanakan melalui teleconference zoom meetings sekaligus menjadi pembukaan dari pekan #Faith4Climate.
Turut hadir dalam acara ini Nana Firman (Greenfaith International Network), Nashir Efendi (Ketua Umum PP IPM), Hening Parlan (LLHPB Aisyiyah), Prawira Yudha (RBK), Kholida Annisa (Ketua LH PP IPM), dan Abi Dhimas (Kader Hijau Muhammadiyah).
Nashir Efendi (Ketua Umum PP IPM) menyampaikan bahwa kegiatan-kegiatan atas nama lingkungan dengan paham apapun harus mengutamakan aksi nyata. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa jangan sampai umat Islam dan penggerak ekologis terpecahkan hanya karena perbedaan paradigma dalam memandang lingkungan.
Senada dengan itu, Nana Firman (Greenfaith International Network) mengajak kepada semua partisipan agar memaksimalkan peran sebagai umat beragama untuk bisa bersama-sama mewujudkan Indonesia yang hijau dan lestari. Terlebih sebagai muslim, agar bisa mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin.
Diskusi lebih lanjut kemudian dipandu oleh David Efendi (RBK) selaku host dalam acara. Dalam diskusi tersebut, Hening Parlan, Prawira Yudha, Kholida Annisa, dan Abi Dhimas lebih rinci berbicara mengenai isu ekologis dan teologis sebagaimana tertera dalam tema.
Hening Parlan (LLHPB Aisyiyah) dalam pemaparannya menyebut bahwa agama harus digunakan bukan hanya sebagai sebuah keyakinan, tetapi lebih daripada itu, keyakinan harus terrefleksikan menjadi sebuah tindakan.
“Ketika agama itu diyakini dan dipergunakan di sisi yang lain secara religiusitas, secara tindakan dimaknai dalam gerakan, dalam perkataan, dan perbuatan, maka itu juga harus bisa menjadi perbuatan yang menjaga lingkungan dan perbuatan yang melarang tindakan merusak lingkungan,” ujar Hening.
Tak kalah menarik, Abi Dhimas (RBK) menguak betapa pembangunan dan proyek-proyek penguasaan tanah terkhusus di Yogyakarta sangat masif dan merusak. Abi Dhimas menilai proyek-proyek pembangunan ini seringkali tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan, budaya, dan aspek sosial sehingga kerap menimbulkan persoalan ekologi.
Sementara itu, Kholida Annisa (Ketua LH PP IPM) menjabarkan fenomena kerusakan lingkungan dari perspektif daerah asalnya, Kalimantan Selantan. Kholida terenyuh melihat hutan Kalimantan sebagai jantung dunia yang sekarang sudah banyak berganti menjadi hutan sawit.
Lebih lanjut, Kholida mengatakan bahwa dalam agenda terdekat, bidang Lingkungan Hidup PP IPM akan membunyikan alarm serentak seluruh pelajar Indonesia.
“Jadi nanti, teman-teman akan membunyikan alarm bahwa Indonesia sedang darurat bencana alam, Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Kita yang akan melanjutkan bumi ini. Jadi ini akan jadi sesuatu hal yang menjadi alarm, menjadi peringatan,” tukas Kholida.
Semakin malam, diskusi menjadi semakin hangat. Prawira Yudha (RBK) mengapresiasi kegiatan diskusi dan pekan #Fight4Climate sebab menurutnya, pemuda perlu untuk memberikan respon bahwa bumi sedang tidak baik-baik saja. Menurut Yudha, eksploitasi besar-besaran yang telah dilakukan oleh manusia membuat bumi semakin rusak.
Kegiatan yang diikuti oleh 51 partisipan di teleconference zoom meeting ini menuai banyak apresiasi. Di akhir acara, David Efendi selaku host Kembali mengajak partisipan untuk ikut terlibat dalam kampanye penyelamatan lingkungan dalam beragam upaya. Sebab menurutnya, perjuangan ini adalah perjuangan dari masyarakat yang jumlahnya lebih besar melawan segelintir orang yang terus-menerus mengeruk sumber daya alam yang berakibat bagi rusaknya bumi.*(iant)