Menanti Penutupan Muktamar XXII IPM, Sukriyanto AR Berpesan Untuk Dakwah Melalui Pendekatan Budaya
Menjelang penutupan Muktamar XXII IPM, Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pimpinan Pusat (LSBO PP) Muhammadiyah Sukriyanto AR bercerita tentang pentingnya budaya dalam dakwah Islam pada para peserta Muktamar yang diislamkan di Indonesia adalah budayanya. Beliau banyak bercerita tentang bagaimana saat awal-awal dakwah Islam di Indonesia itu melalui pendekatan budaya. Beliau juga menjelaskan makna-makna pewayangan yang sudah diakulturasikan ke dalam agama Islam.
“Putra Pandhawa yang kedua namanya Bimo. Dia ini selalu gagah, jadi jika diakulturasikan sebagai wujud aqomusholah,” kata sosok yang merupakan putera Pak AR Fakhruddin.
Sukriyanto bercerita saat tokoh-tokoh wayang dalam Pandhawa ingin menang perang Barathayudha, maka mereka harus bertapa, namun dalam jika diterjemahkan ke dalam budaya Islam bertapa itu bermakna agar para tokoh wayang harus berpuasa.
“Dari cerita pewayangan Islam ini, sosok Arjuna tidak mempan digoda apapun karena ia bisa menahan hawa nafsu,” terang Sukriyanto.
Lebih lanjut, Sukriyanto menjelaskan bahwa yang diislamkan oleh wali itu budayanya.”Kalau Muhammadiyah ingin maju, maka Muhammadiyah harus melihat budayanya. Mulai dari lagu anak-anak, dongeng, novel, sampai ke film juga,” jelas Sukriyanto yang merupakan pegiat film di Muhammadiyah.
Beliau bercerita juga bahwa LSBO PP Muh sudah menghasilkan empat film. Salah satunya film Meniti 20 Hari yang menceritakan bagaimana kehidupan Pak AR Fakhruddin dan pengalamannya yang bersepeda sejauh 20 KM.
“Awalnya kami akan membuat film lain dengan biaya 9,5 milyar. Namun, karena Muhammadiyah tidak ingin membiayai karena tidak ada biayanya, akhirnya kami memfilmkan Pak AR dan setelah film-nya jadi kami pertontonkan ke khalayak luas dengan model pop up cinema / laar tancep. Film ini mendekati penonton dengan membayar 15 ribu rupiah saja, masyarakat sudah bisa menonton film ini,” ungkap Sukriyanto.
Selain bercerita tentang film Meniti 20 Hari, Sukriyanto juga bercerita tentang filmnya yang lain, yakni film Sembilan Putri Sejati. “Saat membuat film ini, saya terinspirasi dari perkataan KHA Dahlan yang berpendapat kalau Indonesia ingin merdeka, maka jangan biarkan laki-laki saja yang merdeka, perempuan juga harus dimerdekakan. Dulu, perempuan sering ditempatkan dalam kultur sumur, dapur, dan kasur.Sehingga, hal itu harus segera dimerdekakan,” ujar Sukriyanto.
Di akhir acara, Sukriyanto AR berpesan agar kader IPM itu memiliki cita-cita yang tinggi supaya kelak Muhammadiyah bisa menjadi organisasi yang hebat. *(inas)