IPM.OR.ID, Medan – IPM sebagai organisasi pelajar yang tersebar secara nasional di Indonesia memiliki perjuangan yang beragam, terutama di lokasi yang jauh dari pusat pemerintahan. Salah satunya adalah perjuangan berat yang ditempuh oleh PW IPM Sumatera Utara (Sumut) dalam mengembangkan IPM di Nias, salah satu pulau terluar Indonesia dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Informasi awal ini didapat berdasarkan laporan PW IPM Sumut pada Tanwir IPM 2018 di Martapura, Kalimantan Selatan.
IPM di Pulau Nias terdiri dari 2 Pimpinan Daerah, yaitu PD IPM Gunugsitoli dan PD IPM Nias Utara. Perjalanan menuju Pulau Nias sendiri membutuhkan waktu yang tidak sedikit, 12 jam perjalanan darat dari Kota Medan menuju Sibolga ditambah 10 jam perjalanan laut dari Sibolga menuju Pulau Nias.
Selain jarak perjalanan darat lebih dari 350 km, tentunya biaya perjalanan keseluruhan juga sangat mahal. “Lebih murah kita ke Jakarta dibandingkan kesana (Nias),” ujar Ketum PW IPM Sumatera Utara Khairul Hadi ketika dihubungi via WhatsApp.
Di samping urusan jarak, tantangan besar yang dihadapi oleh PW IPM Sumatera Utara datang dari demografi penduduk Pulau Nias yang didominasi penduduk beragama Kristen. Pemeluk agama Islam di pulau yang pernah diguncang gempa besar 8,6 SR pada Tahun 2005 tersebut hanya sekitar 30% dari keseluruhan penduduk.
Walaupun penuh tantangan, IPM di Pulau Nias memiliki perkembangan yang cukup membanggakan dengan adanya 2 daerah seperti telah disebutkan, serta beberapa cabang ranting di bawahnya. “Kalau cabang di Nias Utara ada 3, rantingnya belum ada. Sedangkan di Gunungsitoli ada 3 cabang dan 3 ranting,” pungkas Hadi.
Perjuangan berIPM melawan sulitnya keadaan di Pulau Nias tentunya dapat menjadi inspirasi bagi kader IPM se-Indonesia untuk terus meningkatkan ghirah perjuangan dalam berIPM walaupun menjumpai tantangan yang tidak mudah. (nab)