IPM.OR.ID., YOGYAKARTA – Raja Juli Antoni (Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia) menghadiri Resepsi Milad IPM ke-61 sekaligus menyampaikan keynote speech pada Sabtu (23/07/2022) di Gedung Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta. Kegiatan yang mengangkat tema “Arus Utama Pelajar Indonesia” itu juga turut dihadiri oleh tokoh lainnya seperti Nashir Efendi (Ketua Umum PP IPM), Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah), dan Winarni Dien Monoarfa (Staff Ahli Menteri LHK Republik Indonesia). Dalam penyampaian keynote speech-nya, Raja Juli Antoni atau yang akrab disapa RJA itu menyebut bahwa IPM baginya adalah sekolah.
“IPM bagi saya adalah sekolah. Sekolah tentu tidak dalam makna yang bersifat formal, tidak seperti dinding-dinding sekolah. Tetapi IPMbagi saya adalah sekolah kehidupan. Kalau boleh jujur sesungguhnya apa yang hari-hari ini saya kerjakan adalah semacam replika dari apa yang dulu saya kerjakan semenjak aktif dari IPM sejak dari ranting dulu,” tegas RJA.
Menurut Raja Juli Antoni (Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia), ber-IPM itu memberikan nilai yang terpatri selama-lamanya. Oleh sebabnya, tentu diaspora kader IPM itu bisa ada dimana saja.
“Tidak musti semua jadi Wamen,” tukas RJA berkelakar. “Yang terpenting itu tadi, mars IPM kita itu: Menjadi kader yang siap sedia untuk umat dan bangsa. Jadi apa pun, tapi harus jadi yang terbaik,” lanjut RJA. Ia berharap agar apa yang dulu ia dan senior-senior IPM alami, sekarang kader IPM menikmati proses tersebut, mengalami proses itu dengan baik.
“Itu pertama, poin saya. Jadi nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai keterbukaan, nilai-nilai transparansi itu adalah nilai-nilai yang menjadi karakteristik kader-kader IPM yang kita tidak hanya sekadar formalistik menjalankannya, tetapi kita alami. Kita nikmati proses itu karena proses itu lah yang membuat kalian menjadi dewasa,” jelas RJA.
Selanjutnya, Raja Juli Antoni juga menyampaikan poin penting terkait dengan ke-Muhammadiyah-an kader IPM. RJA melihat secara umum adanya fenomena dimana kader-kader muda Muhammadiyah termasuk di IPM mengalami semacam krisis kepercayaan diri tentang ke-Muhammadiyah-an. Konsekuensinya, kader IPM jadi lebih suka melihat bahwa ‘tetangga’ lebih baik ketimbang kita.
“Saya tidak sedang mengatakan bahwa kita harus jumawa bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang hebat dan keren. Yang tidak boleh dikritik dan dievaluasi, bukan. Tetapi ‘rumput tetangga lebih hijau’ terjadi di kader kita sehingga singkat cerita aneh kalau kader Muhammadiyah, justru menjadikan sosok figuran menjadi imam besarnya,” tukas RJA.
Menurutnya, imam besar kader Muhammadiyah harusnya adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah. Ia melihat fenomena bahwa kader muhammadiyah mulai ‘goyang’. Dengan esensi perjuangan Muhammadiyah sendiri sebagai gerakan transformatif. Yang menggerakkan solidaritas sosial di tengah-tengah masyarakat. Yang tidak perlu banyak bicara tapi banyak bekerja. Mendirikan panti asuhan, mendirikan rumah sakit, sebagai jawaban konkret terhadap realitas kemiskinan, ketertindasan ketika itu.
“Kita masih menganggap diri kita kurang saleh kalau hanya punya amal usaha punya sekolah. Jadi akhirnya mulai manjangin jenggot, misalnya, yang bersifat simbolistik. Ada hadisnya, tapi bukan itu yang menjadi hal yang esensial di Muhammadiyah. Bukan celana cingkrangnya, ada hadisnya, tetapi bukan itu. Bukan itu Islam yang dituju oleh para pendiri muhammadiyah,” tegas RJA. Ia berharap agar kader-kader IPM harus kembali percaya diri pada ke-Muhammadiyah-an sebagaimana mestinya.
Di akhir, Wakil Menteri ATR/BPN Republik Indonesia itu menyimpulkan beberapa poin penting dari keynote speech-nya. Pertama, RJAmengajak kader-kader IPM di seluruh Indonesia untuk terus bergembira dalam ber-Muhammadiyah. Ia mengajak seluruh kader untuk terus beraktivitas di Muhammadiyah.
“IPM adalah sekolah kehidupan bagi adek-adek semua, insyaallah suatu saat kita akan bertemu dan kalian akan mengatakan kepada saya bahwa pada hari ini Kang Toni dulu pernah bicara bahwa ber-IPM adalah mengimprovisasi, mengequip kalian dengan skill hidup. Skill leadership,” tukas RJA.
Ia juga berpesan kepada kader IPM agar menjadikan IPM sebagai tulang punggung Islam berkemajuan yang tidak minder. “Yang harus percaya diri bahwa Muhammadiyah kita ini keren, sekeren-kerennya,” tutup RJA.*(iant)