IPM.OR.ID.- Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Insani (LAPSI) telah mengadakan diskusi secara daring bertemakan “Membangun Organisasi berbasis Riset: Bagaimana Langkah Konkrit IPM ke Depan?”, pada hari Selasa malam (23/03/2021) melalui zoom meeting. Diskusi ini diikuti oleh sekitar 40 peserta.
Diskusi diadakan dalam rangka menyemarakkan Muktamar XXII IPM pada akhir pekan mendatang, dimoderasi oleh Alfianur Rizal dari LAPSI. Diskusi dihadiri oleh lima narasumber, yaitu Ketua PP IPM Bidang KDI Hilal Fathurrahman, Sekretaris PP IPM Bidang Organisasi Multazam Ahmad Tawalla, Ketua PW IPM DIY Bidang PIP Nabhan Mudrik Alyaum, Ketua PW IPM Jawa Timur Bidang Perkaderan Nashir Efendi, dan Ketua Umum PW IPM Sumatera Utara Hanifa Syavina.
Multazam mengawali diskusi sebagai narasumber pertama, menyatakan bahwa riset adalah dasar atau acuan yang dibutuhkan dalam gerakan IPM.
“Berbicara tentang riset, artinya berbicara tentang kajian yang akan menjadi suatu gerakan. Setiap gerakan yang diusung harus ada berdasarkan riset sebagai acuannya. Alhamdulillah, PP IPM pada muktamar kali ini menghadirkan materi yang berbasis pada riset. Tentunya, agar IPM bisa menghadirkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya
Setelah Multazam, Nashir menjelaskan urgensi riset bagi IPM, “Kita telah memasuki era dengan berkelimpahan data dan sumber daya. Jadi, kita harus bisa memanfaatkan semua potensi itu. Kini menjadi keharusan untuk dapat mendukung langkah-langkah konkrit, seperti mengkritisi kebijakan dan sebagainya,” jelasnya.
Tidak kalah menarik, Nabhan menekankan satu hal penting bagi IPM jika ingin menjadi organisasi berbasis riset, “Yang paling utama adalah harus kuat di data kuantitatif. Setidaknya, kita harus tahu jumlah anggota atau kader di dalam suatu pimpinan, kemudian kita lakukan penelitian terkait kebutuhan organisasi atau semacamnya. Iitu yang sekarang belum tumbuh di dalam lingkungan pimpinan IPM,” ulas Nabhan.
Hanifa juga mengatakan hal senada dengan ketiga narasumber di atas, “Riset menjadi alat pendeteksi kebutuhan yang sangat penting. Mengingat IPM ini ada dari Sabang sampai Merauke, maka dengan riset kita bisa mengetahui hal-hal apa yang secara substantif dibutuhkan oleh IPM,” pungkasnya.
Para narasumber saling bersepakat bahwa riset adalah basis yang harus dikuatkan di dalam tubuh IPM. “Jika IPM ingin menjadi organisasi yang berbasis riset, maka IPM harus mandiri dan independen. Artinya, tidak terpengaruh dari kepentingan manapun, sehingga IPM bisa bergerak bebas untuk mengembalikan nilai dan membangkitkan masyarakat”, tegas Hilal menutup diskusi. (dzik/adinta)