IPM.OR.ID., SURABAYA – Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak kegiatan terhenti. Tidak terkecuali di IPM, kegiatan-kegiatan perkaderan juga menjadi kegiatan yang ikut terhambat. Meskipun demikian, hal itu tidak membuat Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Surabaya patah semangat dan menyerah pada keadaan. Rabu (06/10/21) lalu, PD IPM Surabaya baru saja menggelar kegiatan Masak Perkaderan Bareng PIP di SD Muhammadiyah 18 Surabaya.
Masak perkaderan adalah sebuah kegiatan yang bertujuan memanaskan kembali semangat perkaderan pimpinan cabang dan pimpinan ranting IPM se-Surabaya. Kegiatan ini diantaranya meliputi refleksi pergerakan IPM.
Masak Perkaderan yang bertema “Corak Keilmuan dalam Kaderisasi IPM” ini digelar dengan mematuhi protokol Kesehatan ketat. Adapun kegiatan ini diikuti oleh pimpinan cabang dan pimpinan ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) se-Surabaya. Turut hadir dalam kegiatan ini Riandy Prawita (Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan Pimpinan Pusat IPM), Moch Hida (Ketua Bidang Perkaderan PD IPM Surabaya), dan Handie Pranana Putra (Ketua Bidang PIP PD IPM Surabaya).
Dalam sambutannya, Riandy Prawita selaku Ketua Bidang Pengkajian Ilmu Pengetahuan (PIP) PP IPM mengatakan bahwa IPM harus melek teknologi dan bisa menguasai algoritma dunia digital. “IPM harus menguasai algoritma, agar kita bisa melakukan ‘counter hegemoni’ dan terus membawa kebaikan di dakwah kita,” ujar Riandy.
Sementara itu, Moch Hida selaku Ketua Bidang Perkaderan PD IPM Surabaya mengatakan bahwa kegiatan Masak Perkaderan kali ini berfokus pada upaya bagaimana IPM Surabaya mampu menerapkan perkaderan yang adaptif dan kolaboratif. Perkaderan adaptif sendiri ialah perkaderan yang dapat bergerak leluasa walau ada halangan dan kolaboratif ialah perkaderan yang dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan.
Tak kalah menarik, Handie Pranana Putra selaku Ketua Bidang PIP PD IPM Surabaya menyinggung mengenai corak kelilmuan pelajar. Dalam sambutannya Handie mengatakan bahwa PIP harus hadir dalam ruang yang lebih luas. Termasuk melalui literasi digital.
“Karena dirasa atmosfir keilmuan mulai turun, maka, bidang PIP juga membangkitkan semangat literasi teman-teman cabang dan ranting. Karena bagi PIP literasi bukanlah baca tulis saja, namun membaca di linimasa sosial media kita, infografis singkat, tiktok, dan lain-lain. Selama hal tersebut memberikan kebaikan dan kebermanfaatan entah bagi kita atau orang lain, maka hal itu kami sebut literasi,” tutup Handie.*(azm/iant)