IPM.OR.ID., SLEMAN – Mendekati seperempat periode perjalanan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terdapat kegiatan Pelatihan Fasilitator Pendamping (PFP) II yang dilaksanakan oleh Bidang Perkaderan PW IPM DIY. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 36 peserta dilaksanakan pada Sabtu-Ahad (18-19/12/21) di Wisma Al-Kindi, Kaliurang. Dalam dua hari, pelatihan itu terbagi ke dalam lima materi dengan narasumber-narasumber dari dalam IPM maupun dari luar IPM.
Uniknya, PFP II ini dimanfaatkan oleh IPM untuk membuktikan komitmen menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah kertas yang biasanya banyak digunakan untuk urusan administrasi. Mumtaz Fikri (Ketua Bidang Perkaderan PW IPM DIY) menjelaskan bahwa detail seperti presensi dan bahan untuk praktek penilaian semuanya sudah paperless.
Para peserta terlihat tampak aktif mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir kegiatan. Pada hari pertama, materi-materi yang disampaikan antara lain adalah Sistem Perkaderan Muhammadiyah dan Falsafah Perkaderan IPM, Studi Komparasi Sistem Perkaderan OKP di DIY, serta Kefasilitatoran.
Sabtu sore (18/12/21), materi awal disampaikan oleh Monica Subastia yang merupakan Ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Pusat (PP) IPM 2018-2020. Monica Subastia menilai bahwa Sistem Perkaderan IPM (SPI) merupakan bentuk penerjemahan dari Sistem Perkaderan Muhammadiyah (SPM).
Selanjutnya, selepas Isya terdapat materi kedua yang diulas oleh Fazar Ibnusina A. dan Muhammad Fahri Abduh, perwakilan dari organisasi Pengurus Wilayah (PW) Pelajar Islam Indonesia (PII) Yogyakarta Besar. Mereka berbagi informasi dan pengalaman di organisasi tersebut sebagai referensi. Sistem dan alur perkaderan di PII menjadi salah satu topik pembahasan. Perbedaannya dengan IPM memberikan dorongan bagi para peserta PFP II untuk menggali corak dan orientasi perkaderan organisasi tetangga tersebut.
Materi Fazar dan Abduh bukanlah penutup untuk malam itu. Materi tentang kefasilitatoran selanjutnya disampaikan oleh Alfa Rezky Ramadhan, Direktur Utama Lembaga Fasilitator Pendamping (LFP) PP IPM. Ia mengatakan bahwa keberadaan fasilitator pendamping begitu signifikan.
“Tidak semua pemateri itu akan sesuai dengan value kita, sehingga seorang fasilitator perlu memastikan tujuan materi dapat tersampaikan kepada para peserta perkaderan,” jelas Alfa.
Ahad pagi (19/12), terdapat dua materi yang disampaikan. Pertama, Teknik Pendampingan dan Penguatan Wacana Perkaderan (Rencana Kerja Tindak Lanjut). Kedua, Teknik Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Perkaderan.
Narasumber yang dihadirkan untuk mengupas masing-masing materi adalah Ahmad Hawari Jundullah (Anggota Bidang Perkaderan PP IPM) dan Rutiko Omar Minarziyan (Anggota LFP PP IPM). Jundul menyampaikan bahwa perkaderan terus berlanjut termasuk pasca pelatihan. Tak kalah menarik, Rutiko sebagai narasumber terakhir cenderung lebih banyak memberikan praktek untuk melakukan asesmen para peserta dalam pelatihan. Para peserta terus mengikuti kegiatan secara antusias, terlihat dari pertanyaan dan diskusi yang terus mengalir hingga akhir materi.*(ahmsa/iant)