IPM.OR.ID., JAKARTA- Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) bekerja sama dengan UNICEF Indonesia akan menyelenggarakan Training of Trainer (ToT) Nasional VOICE: Voicing Our Identity, Courage and Empowerment, pada Kamis-Sabtu (24–27/12/2025) di Jakarta. Dalam rangka memperkuat peran pelajar perempuan sebagai agen perubahan dalam isu perlindungan anak dan pencegahan kekerasan berbasis gender.
Kegiatan ini merupakan inisiatif PP IPM yang berfokus pada pengarusutamaan gender, penguatan kepemimpinan pelajar perempuan, serta peningkatan literasi dan advokasi terhadap isu-isu krusial remaja, seperti pernikahan anak (child marriage) dan pemotongan/pelukaan genital perempuan (female genital mutilation/cutting).
Program VOICE adalah pelatihan tingkat nasional yang akan melibatkan 40 pelajar terpilih dari berbagai daerah di Indonesia. Kader IPM maupun pelajar umum memiliki komitmen pada isu kesetaraan gender dan perlindungan anak juga ikut berpartisipasi.
Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Faiz Rafdhi menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam upaya perlindungan anak, termasuk peran strategis pelajar.
“Perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama. Pelajar harus diposisikan sebagai subjek perubahan, bukan hanya objek kebijakan. Melalui VOICE, nilai-nilai Islam Berkemajuan hadir untuk menjaga martabat dan masa depan anak,” ungkapnya.
Child Protection Specialist UNICEF Indonesia Zubedy Koteng menyebutkan VOICE sebagai model penguatan kapasitas anak muda yang relevan dengan tantangan zaman.
“Kami percaya bahwa anak dan remaja memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman. VOICE mendorong mereka untuk berbicara, beraksi, dan saling melindungi dengan cara yang aman dan bermakna,” kata Zubedy.
Kick-Off VOICE National ToT ini menjadi tonggak awal implementasi program VOICE secara nasional, harapannya peserta dapat menularkan nilai-nilai perlindungan anak dan keberanian bersuara ke lingkungan sekolah, komunitas, dan ruang digital.
Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita menegaskan bahwa pelajar perempuan memiliki posisi strategis dalam gerakan kemanusiaan dan sosial. Melalui ToT VOICE, IPM berupaya mencetak fasilitator muda yang tidak hanya memahami isu, tetapi juga mampu melakukan edukasi, advokasi, dan pendampingan di tingkat komunitas.
“VOICE menjadi ruang kaderisasi yang tidak berhenti pada peningkatan kapasitas individu, tetapi juga mendorong lahirnya gerakan kolektif dari pelajar untuk menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan setara,” ujarnya.
Project Manager VOICE Anggun Anisah Najamuddin menjelaskan bahwa Training of Trainers ini terlaksana agar peserta mampu menjadi fasilitator yang empati dan berpihak pada kepentingan terbaik anak.
“VOICE bukan hanya soal berbicara, tetapi tentang bagaimana menciptakan ruang aman, berkomunikasi dengan empati, dan mengubah kepedulian menjadi aksi nyata,” tuturnya.
Selama pelatihan, peserta akan mendapatkan pembekalan komprehensif melalui pendekatan andragogi dan partisipatoris, meliputi diskusi studi kasus, role play, microteaching, kampanye digital, hingga penyusunan rencana tindak lanjut berbasis FIDS (Framework for Inclusive Development Strategy). Materi pelatihan mencakup hak anak, kesehatan dan psikologi remaja, FGM, pernikahan anak, komunikasi tanpa kekerasan (non-violence communication), serta strategi kampanye dan fasilitasi komunitas.
Sebagai bentuk penguatan kapasitas, peserta ToT VOICE akan memperoleh sertifikat pelatihan yang mendapat dukungan UNICEF Indonesia, akses modul resmi, serta pendampingan pasca pelatihan untuk implementasi program di daerah masing-masing. Lulusan ToT diharapkan menjadi fasilitator edukasi FGM dan pencegahan pernikahan anak di tingkat lokal maupun regional.
Program VOICE juga menjadi bagian dari komitmen PP IPM dalam mendukung agenda nasional dan global terkait perlindungan anak serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada isu kesetaraan gender dan penghapusan praktik berbahaya terhadap anak.
Dengan terselenggaranya ToT Nasional VOICE, IPM dan UNICEF Indonesia berharap pelajar perempuan semakin berdaya, berani bersuara, dan mampu mengambil peran strategis dalam menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkeadilan bagi anak Indonesia.

































