IPM.OR.ID., Surakarta – Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) menggelar puncak peringatan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) pada Selasa (10/12/2024) di Auditorium ITS PKU Muhammadiyah Surakarta. Puncak peringatan 16 HAKTP ini mengambil tema “Her Rights Our Fights: Menjadi Agen Perubahan untuk Kesetaraan”.
Kegiatan ini dihadiri oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Diyah Puspitarini, Wakil Walikota Surakarta Terpilih 2025-2030 Astrid Widayani, Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakart Weni Hastuti, Wakil Rektor 2 ITS PKU Muhammadiyah Surakarta Munayya Fitriyya, Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita, Angkatan Muda Muhammadiyah Kota Surakarta, Ketua Umum Pimpinan Daerah IPM Kota Surakarta Jody Julian Putra Caesar beserta jajarannya, Pimpinan Daerah IPM se-Karesidenan Surakarta, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting IPM se-Kota Surakarta.
Fajry Annur selaku Ketua Panitia mengatakan bahwa kegiatan ini telah dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan 16 hari dari tgl 25 November – 10 Desember 2024.
“Kami harap dengan adanya kegiatan ini dapat memantik kembali semangat kita dalam berjuang menegakkan kebenaran dan ber fastabiqul khoirot di jalan Allah SWT,” ujarnya.
Ketua Umum PP IPM Riandy Prawita menjelaskan bahwa dari 71 personalia PP IPM, 40 orang diantaranya diisi oleh IPMawati sehingga keterwakilan perempuan di PP IPM periode ini terbilang besar. Ia menegaskan bahwa memperjuangkan hak kita dan juga memperjuangkan hak perempuan adalah kewajiban kita bersama.
“Yang menjadi keinginan saya adalah bagaimana IPM kedepan dipimpin oleh seorang IPMawati,” jelas Riandy.
Riandy mengatakan bahwa peran menjadi seorang IPMawati bukanlah hal yang mudah. Stigma masyarakat jika perempuan aktif organisasi, mungkin hanya sekadar menjadi sekretaris bidang. Namun, buktinya banyak tempat yang lain, sektor-sektor yang dipimpin oleh seorang perempuan.
“Bukan berarti perempuan hanya teliti dan telaten dalam urusan keuangan dan administrasi. Secara kepemimpinan, perempuan lebih stabil di beberapa kondisi dan tidak hanya berlaku untuk urusan domestik saja,” tegas Riandy.
Berdasarkan riset yang ada, angka kekerasan pada perempuan masih tergolong tinggi walaupun ternyata kekerasan terhadap laki-laki juga tinggi.
“Kita tidak bisa direndahkan hanya karena gender. Kita hanya boleh minder ketika kita direndahkan karena kapasitas diri kita yang masih kurang,” tegas Ketua Umum PP IPM itu.
Weni Hastuti selaku Tuan Rumah sekaligus Rektor ITS PKU Muhammadiyah Surakarta mengapresiasi adanya kegiatan ini. Menurutnya, tema yang diangkat sangat bagus dan seksi untuk memperingati Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan. Ia juga berpesan agar para remaja dibekali dengan edukasi mengenai bentuk-bentuk kekerasan sehingga tumbuh keberanian untuk speak up.
“Kadang kendala kita adalah bagaimana para korban kekerasan ini bisa speak up. Untuk bisa speak up perlu pemahaman dan edukasi mengenai bentuk-bentuk pelecehan,” jelasnya. *(Mahda)