PKPTMU Terakhir: Evaluasi dan Perubahan Mendasar

PKPTMU Terakhir: Evaluasi dan Perubahan Mendasar

OpiniOpini PelajarUncategorized
813 views
Tidak ada komentar
Kebebasan bermimpi pelajar lapas anak Kendari

[adinserter block=”1″]

PKPTMU Terakhir: Evaluasi dan Perubahan Mendasar

OpiniOpini PelajarUncategorized
813 views
Kebebasan bermimpi pelajar lapas anak Kendari
Kebebasan bermimpi pelajar lapas anak Kendari

Pelatihan Kader Paripurna Taruna Melati Utama adalah bentuk pelatihan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai proses paripurna dari perkaderan di tubuh IPM. Ada dua aspek penting dalam proses PKPTMU menurut SPI Kuning, yaitu merumuskan dan membangun wacana IPM dan merumuskan isu dan agenda strategis gerakan IPM pada periode ke depan. Singkatnya, para kader PKPTMU ini akan menjadi garda terdepan bagaimana wajah IPM di semua level pimpinan.

Dilaksanakannya PKPTMU pada 8-16 Mei 2023 tempo hari di Yogyakarta menjadi penutup pelaksanaan PKPTMU di tataran Pimpinan Pusat IPM, dikarenakan akan ada SPI baru sebagai respon perubahan. Sehingga, dipangkasnya PKMTM III di tataran pimpinan wilayah, sebagaimana perkaderan yang dilakukan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiatul Aisyiyah, dan Pemuda Muhammadiyah.

Sehingga diharapkan adanya pemerataan kader karena PKPTMU ke depan akan dilaksanakan di tataran Pimpinan Wilayah IPM, dengan harapan para kader utama (sebagai motor penggerak wajah IPM) menjadi lebih banyak dan masif terkhusus di tataran lokal.

Soal Pemangkasan Jenjang Perkaderan

Pemangkasan proses perkaderan merupakan terobosan yang tak bebas nilai, dalam artian akan memiliki kesan positif maupun negatif. Tergantung perspektif mana yang akan kita ambil. 

Bagi yang setuju, pemangkasan proses perkaderan yang dulu ada empat rangkai: TM I, TM II, TM III dan TM-U, menjadi tiga rangkai saja (menghilangkan TM III) dianggap sebagai bentuk inklusivitas. Kader tak akan berjalan lama lagi dalam proses ideologis-formal, melainkan hanya tiga langkah dilalui maka ia telah sampai pada titik tuntas sebuah perkaderan IPM. Namun, konsep pemangkasan dan penyederhanaan tersebut tidak tanpa kekurangan.

Pemangkasan proses perkaderan memang terlihat manis, ramah kader, dan inklusif. Namun, bak kurikulum merdeka dengan segala bentuk kemerdekaan belajarnya, ia tetap mengandung kekurangan dalam hal substansi, apalagi teori pemangkasan proses perkaderan. Perombakan besar-besaran akan terjadi. Reformulasi, rekonstruksi, dan restrukturisasi niscaya harus dilakukan dan akan berimplikasi nyata pada proses perkaderan secara teknis di lapangan. 

Pengantisipasian terhadap kesenjangan pengetahuan juga harus menjadi bahan perhatian para konseptor. Ini hal besar, perlu banyak waktu dan banyak keterlibatan pikiran untuk dapat mensukseskan perubahan ini. Perubahan adalah keniscayaan. Bentuk adaptasi sebuah gerakan dengan zaman adalah dengan dapat berubah secara organik dan cair. Begitu juga proses perkaderan di dalam IPM.

Semangat Perubahan SPI Baru

Merujuk pada Cetak Biru Sistem Perkaderan IPM (SPI) yang baru, semangat yang diambil adalah Generasi Muda dan Pendidikan yang Berubah, Tantangan SPI dari Waktu ke Waktu, Bahasa yang Berat, General vs Lokal, Pemerataan Kualitas Perkaderan, dan Perkaderan untuk semua. Semangat ini tidak lepas dari perubahan teknologi yang begitu cepat yang disebut disruption oleh Prof. Rhenald Kasali.

Secara singkat, pola pikir Ikatan Pelajar Muhammadiyah harus berubah melalui sistem perkaderannya untuk merespon zaman secara cair dan tidak kaku. Dewasa ini kita ketahui bersama bahwa gerakan IPM termasuk gerakan yang kaku dan tidak fleksibel, dengan bahasa-bahasa yang berat danprogram yang itu-itu saja, pikiran-pikiran yang tidak banyak mendobrak, yang mengakibatkan IPM tidak menarik.

Mengingat generasi Z pada era ini sangat fleksibel dan merekalah yang sedang mengisi akar rumput sebagai motor penggerak yang paling mendasar di tataran IPM, yang kalau dibenturkan gerakan IPM yang saat ini mereka menjadi tidak menarik dan cenderung mencari jalan tengah lain sebagai bentuk untuk diapresiasi. Mereka sangat inklusif terhadap budaya bahkan tidak lagi mengenal teritorial.

Refleksi PKPTMU Terakhir

Saya adalah salah satu peserta pada pelatihan terakhir yang dilaksanakan Pimpinan Pusat pada bulan Mei lalu. Pada pelaksanaan PKPTMU terakhir ini semangat perubahan itu sangat fundamental, baik dilihat dari muatan materi dan konsep kefasilitatoran.

Dalam pelaksanaan PKPTMU terakhir ini, peserta diajak untuk fieldtrip ke amal usaha Muhammadiyah (AUM) di sekitar Yogyakarta dan komunitas-komunitas yang ada, dan ditambah dengan mendampingi ayahanda Muhammadiyah dalam kesehariannya atau disebut sebagai “24 Jam bersama tokoh”. Kegiatan ini berupa mengikuti beliau dari awal bangun tidur hingga tidur kembali dan berdiskusi dengan tokoh tersebut atas semangat-semangat yang dibawa hingga mampu tetap istiqamah di jalan persyarikatan Muhammadiyah.

Dalam pelatihan ini tidak ada materi berat karena konsepnya memang dibuat ringan. Sehingga walaupun kita mengunjungi ayahanda untuk materi tetap saja dalam forum itu yang dibahas adalah AUM dan cerita beliau di masa lalu, karena menyesuaikan audiens yang lebih dominan dan tempat. Sehingga para peserta tidak lelah secara pikiran, tetapi lelah secara fisikkarena harus mengunjungi banyak tempat dan tokoh.

Di dalamnya pun tidak ada forum untuk berdiskusi. Dalam hal ini kami dipecah pada beberapa kelompok kecil dan dibantu oleh fasilitator dengan tajuk “Family Group” yang diarahkan kepada curhatan-curhatan peserta dan fasilitator dalam mengarungi hidup dan sampai pada titik ini. 

Sehingga peserta tidak mendapatkan forum untuk berdebat dan beradu argumen untuk merumuskan pikiran-pikiran, lebih mengarah kepada disuguhkannya program-Program taktis yang telah AUM/komunitas lakukan untuk menentukan wajah IPM di masa depan.

Era Baru Perkaderan untuk Semua atau Era Baru Militants-less Cadre?

Perubahan ruh perkaderan (re: SPI) merupakan hal yang sangat niscaya. Secara historis, SPI memiliki habitus perubahan 10 tahun sekali. Namun sebuah keniscayaan tersebut bukan berarti melegalkan segala bentuk perubahan. Dalam perubahan SPI Biru, aksentuator gagasan ada pada narasi Perkaderan Untuk Semua. 

Narasi tersebut tentu sudah dapat merepresentasikan bagaimana bentuk pola dan mekanisme perkaderan masa depan yang dirancangan ramah untuk generasi Z dan alpha.

Tak banyak berubah dari segi substansi ideologis. Pasalnya SPI baru masih membawa ruh SPI kuning dengan Gerakan Pelajar Berkemajuan yang bersumber pada gerakan attanwir dan integrasi-interkoneksi. Perubahan besar ada pada narasi yang dibawa yaitu Perkaderan Untuk Semua yang tentunya akan berpengaruh besar pula pada proses perkaderan seperti kurikulum, persebaran materi, bahkan sampai pada pemangkasan jenjang perkaderan.

Perubahan SPI, sejatinya adalah perubahan fundamental dalam sebuah organisasi yang memiliki nilai kekaderan di dalamnya. Pasalnya perkaderan memiliki nilai filosofis tarbiyah atau pendidikan yang berorientasi pada transformasi kader. Muatan idealisme, ideologisme dan metodologisme harus menjadi hal dasar dalam proses transformasi. 

Apakah SPI baru kehilangan itu? Tak sepenuhnya hilang, namun mengalami penurunan drastis dengan mengatasnamakan inklusivitas. Perlu ada pemahaman lebih dalam berkaitan dengan definisi kader. Pasalnya jika narasi inklusi digaungkan untuk menggaet banyak kader masuk melalui proses perkaderan formal, nampaknya kurang tepat.

SPI Kuning hadir dengan standarisasi kader yang cukup luar biasa. Kemudian disempurnakan dengan gagasan-gagasan teori pada saat muktamar, semakin menguatkan posisi kader Pelajar Berkemajuan dengan indikator yang ideal. Nampaknya hal itu akan berdampak pada dekonstruksi-rekonstruksi SPI baru ini, indikator militan kader, indikator kritis kader, dan indikator kesalehan kader menjadi mengambang dan rawan bias makna. 

Jika tetap menggunakan standar SPI sebelumnya, belum terlihat gagasan penjembatan yang dapat menghubungkan keduanya.

Soal-Soal PKPTMU Lainnya

Dalam hal merespons perubahan, memang harus ada dialektika yang terjadi untuk mencapai konsensus, mengingat IPM ini tidak hanya Jawa, akan tetapi ada Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua, dll. Jika tidak ada proses “dialektika” tersebut maka ditakutkan akan terjadi jawa sentris, mengingat PKPTMU ini tidak lepas dari resources yang ada di Jawa terkhusus di Yogyakarta dan sekitarnya.

Pertama, Institutional Visit ini sangat menguras waktu untuk kita bisa saling berdialektika dan mendapatkan porsi materi yang berat. Mengapa? karena PKPTMU ini adalah pelatihan paripurna dalam tubuh IPM, dengan adanya materi yang berat kita bisa mendapatkan insight baru, pikiran yang terbarukan dan, pandangan yang luas. Terkhusus kepada teman-teman di luar Jawa yang secara geografis jauh dari pusat pemerintahan Muhammadiyah, artinya juga jauh dengan tokoh-tokoh pimpinan pucuk Muhammadiyah, bahkan tidak dipungkiri daerah-daerah Jawa yang jauh dari Yogyakarta dan Jakarta pun merasakan hal yang sama, yang dirasakan oleh teman-teman luar jawa.

Kedua, Institutional Visit ini akan sangat berat dilakukan di daerah-daerah yang “berkembang/terbelakang” karena minimnya sumber yang ada, sehingga malah terjadi pengkotak-kotakan, yang besar akan selalu besar dan yang kecil akan selamanya kecil.

Ketiga, dengan diadakannya PKPTMU di tataran Pimpinan Wilayah IPM dan tidak di Pimpinan Pusat IPM menjadikan proses pertukaran informasi berkurang, walaupun teknologi menghapus adanya teritorial, akan tetapi teknologi tidak bisa mentransfer nilai. Hal ini kita bisa melihat proses transformasi informasi dan nilai yang luar biasa saat pelaksanaan haji, bahkan Snouck Hurgronje menjadikannya tulisan untuk rekomendasi pemerintah Belanda membatasi bahkan melarang adanya haji.

***

Tulisan selengkapnya tentang kritik SPI Baru akan disampaikan oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Jawa Tengah beberapa pekan ke depan secara lengkap. Tulisan ini hanya menjadi pembuka untuk merefleksikan PKPTMU PP IPM dengan perbandingan PKPTMU PW IPM Jawa Tengah yang kemudian disimpulkan pada uraian dituliskan ini. 

Semoga kita selalu dibekali ilmu yang luas dan kebijakan agar apa yang kita utarakan tidak menjadi satu hal yang tendensius melainkan agar tercapainya satu kemaslahatan bersama.

Referensi

Arifin, MT. Muhammadiyah Potret Yang Berubah. Suara Muhammadiyah. Yogyakarta Mei 2016
Draf Rumusan sistem Perkaderan IPM 2023
Kasali, Rhenald. Strawberry Generation. Mizan. Jakarta Selatan 2017
Kasali, Rhenald. Disruption. Gramdeida, Bandung 2017
Khoirudin, Azaki. Mercusuar Peradaban Manifesto Gerakan Berkemajuan. Nuun Pustaka. Bojonegoro Februari 2015
LaPSI PP IPM. (2016). Ideologi Gerakan Ikatan Pelajar Muhamamdiyah. Yogyakarta, LaPSI PP IPM.
PP IPM. (2014). Sistem Perkaderan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Yogyakarta. PP IPM.
Resume Materi SPI di PKM TM3 IPM Jawa Tengah 2022

  • Penulis adalah M. Taufiq Hasan, Sekretaris Umum PW IPM Jawa Tengah.
  • Substansi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.
Tags: , ,
Affirmative Action dan Muktamar IPM: Menanti Kompetisi Elegan Para Calon Formatur
Bidang LH PW IPM JATIM : Kukuhkan Puluhan Duta Lingkungan Hidup
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.