Pelajar
Pelajar sebagai bagian dari sekelompok manusia yang beraktivitas di muka bumi ini dengan jumlah yang tidak sedikit mempunyai efek yang cukup besar dalam kehidupan di tengah masyarakat. Bahkan bila ditarik dalam konteks populasi, jumlah penduduk Indonesia di dominasi oleh generasi Z dan Milenial. Dikutip dari hasil sensus Penduduk 2020, generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total seluruh populasi penduduk di Indonesia. Kemudian jumlah penduduk dominan yang kedua ada pada generasi milenial, ada sebanyak 69,38 juta jiwa penduduk atau sebesar 25,87 persen.
Dominasi anak-anak muda ini yang kemudian harus lebih diperhatikan sebagai bentuk perhatian kita terhadap keberlangsungan kehidupan di masa depan. Pelajar sebagai kelas sosial di bidang pendidikan harus punya peran dalam menjaga kehidupan yang damai di tengah masyarakat. Apalagi dalam suasana ramadan, perbuatan yang meresahkan dan mengganggu kehidupan masyarakat harus ditekan seminim mungkin dalam rangka menjunjung tinggi suasana damai di tengah masyarakat.
Bulan Suci Ramadan
Bulan suci ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, ampunan, dan rahmat, serta kasih sayang dari Allah SWT. Tentu ketika mengingat ramadan, ada beberapa momen yang terngiang dengan perasaan gembira di dalamnya. Sejumlah peristiwa itu seperti buka puasa bareng teman, jalan-jalan sore, asmara subuh, dan seterusnya. Sebagai remaja, peristiwa yang dapat menyenangkan baginya akan terus dilakukan dan dibela kepentingannya untuk memenuhi perasaan bahagia itu.
Ramadan yang di dalamnya ada kebaikan-kebaikan seperti qiyamul lail, tadarus Al-Qur’an, pengajian, menahan dari segala macam godaan yang bukan hanya sekedar makan-minum namun juga berbohong, memfitnah, berkata kotor, mencaci-maki, membuat gaduh, mengganggu orang lain, berkelahi, dan segala perbuatan yang tercela itu harus dihindari saat ramadan.
Ber-Asmara Subuh
Menarik peristiwa di atas, perbuatan yang diisi karena kebiasaan menjadi tidak baik dan justru dapat menggores esensi dari ramadan itu sendiri. Selain buka puasa bareng, bermain mercun/kembang api, kebiasaan ber-asmara subuh sebagai sebuah perkumpulan dengan konsep sejumlah kelompok hadir di satu titik kumpul untuk menggembirakan waktu setelah subuh itu harus diperhatikan sebagai fenomena remaja masa kini.
Kebiasaan yang menyenangkan itu, diharapkan mampu meminimalisir perbuatan yang mengurangi pahala ramadan, lebih baik nya justru dapat dihentikan. Karena persoalan asmara subuh ini, lebih cenderung kepada hal hal yang mudharat, walaupun kegembiraan itu sulit untuk dibendung. Solusi dari kebiasaan yang menggores esensi ramadan ini adalah melaksanakan ibadah dengan baik, menambah waktu beribadah, mengingat Allah, dan menjaga dari sesuatu yang tercela serta lain sebagainya.
Bulan yang melatih kita untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, justru harus diisi oleh hal hal yang mengandung nilai ketaqwaan. Agar kita mendapat predikat orang-orang yang bertaqwa. “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” QS Al-Baqarah 183.
Dalam kehidupan bermuamalah, ramadan sebagai bulan yang penuh dengan keberkahan. Menjadi lebih baik bila kita saling mengingatkan dalam kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dimana dalam suasana ibadah, rentan berkurangnya pahala bahkan menggugurkan ibadah puasa itu sendiri, berangkat dari sini ladang-ladang pahala semakin besar karena momen ramadan adalah juga momen berkumpul. Bedanya dengan kehidupan biasa, perilaku manusia lebih harus diperhatikan sebagai wujud kesempurnaan ibadah puasa. Disinilah letak dakwah semakin luas.
*) Catatan
- Penulis adalah Taufik Prima, Ketua Umum PD IPM Kota Medan.
- Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.