Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti

Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti

BeritaPP IPM
975 views
Tidak ada komentar
Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti

[adinserter block=”1″]

Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti

BeritaPP IPM
975 views
Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti
Kawal Isu Rokok, Ketua Bidang Advokasi PP IPM: Quit Smoking, Berhenti Bukan Berganti

IPM.OR.ID – Untuk bisa menyongsong dan menyambut bonus demografi 2045 sesuai dengan yang ideal kita idam-idamkan, salah satu hal yang perlu untuk dikawal ialah dari faktor kesehatan seperti berhenti merokok. Hal itu disampaikan Mukhtara Rama Affandi, Ketua Bidang Advokasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) dalam webinar bertajuk, “Indonesia Darurat Harga Rokok! Lindungi Pemuda dan Pelajar Saat Ini Sebagai Pemilik Bonus Demografi 2045” pada Jumat (05/11/21) lalu.

Webinar yang diselenggarakan oleh Centre of Human and Economic Development (CHED) ITB AD ini turut mengundang berbagai Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) lain seperti Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Ikatan Pelajar Persis Putri.

Mukhtara Rama Affansi (Ketua Bidang Advokasi PP IPM) dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa IPM memiliki komitmen khusus untuk bisa berkontribusi dalam upaya menekan angka prevalensi perokok pemula, terutama pelajar. Hal itu didukung dengan adanya Tobacco Control Ikatan Pelajar Muhammadiyah (TC IPM).

“Keberpihakan kita (Tobacco Control IPM) ada pada upaya untuk menekan angka prevalensi perokok pemula yang terus meningkat. Bahkan usia 16-18 tahun menurun, tetapi justru bergerser pada usia 10-14 tahun. Jadi rata-rata masyarakat kita mulai merokok itu makin muda. Ini yang IPM coba gerakkan, ini yang ipm coba untuk membuat sebuah sistem kerja, sistem kampanye, agar bsia mendorong atau menekan angka-angka yang kita rasa sangat tidak diharapkan terjadi,” jelas Rama.

Lebih lanjut, Rama juga menyampaikan bahwa IPM dalam gerakan pengendalian tembakau juga fokus untuk mendorong adanya kampanye soal keluar sebagai perokok atau quit smoking: Berhenti bukan berganti. Hal ini selama satu tahun ke depan akan coba untuk dikampanyekan dan galakkan lewat berbagai kegiatan, konten, maupun workshop-workshop yang tentu akan menjadi sebuah upaya kolektif sehingga bisa menekan angka prevalensi perokok pemula.

Salah satu upaya lain yang tengah dilakukan IPM adalah saat ini proses pemembuatan modul agen pendampingan teman sebaya. IPM sedang menjalankan sebuah program turunan bernama Peer Counselor IPM (PCI). Melalui PCI ini isu pengendalian tembakau juga turut disertakan sehinggga bisa menggerakkan teman-teman akar rumput di usia-usia sekolah (SMP dan SMA) untuk menjadi agen-agen yang membantu temannya secara kultural, agar bisa keluar kebiasaan merokok pelajar.

Tak kalah menarik, selain melalui jalur kultural, PP IPM melalui bidang Advokasi juga turut mengawal isu rokok melalui jalur struktural.

“PP IPM lewat kekuatan struktural dengan dibantu oleh tim dari gerakan Tobacco Control IPM terus mengupakan adanya kebiajakan pemerintah yang pro terhadap apa yang menjadi tujuan kami. Karena kami rasa, salah satu fenomena yang tentu tidak bisa dinafikan bahwa ketika bicara mengenai pengendalian tembakau dan ingin menekan prevalensi rokok pemula, hal itu tidak bisa disandarkan pada satu sisi saja. Harus holistik. Salah satunya adalah dorongan untuk membuat pemerintah sadar bahwa kebijakan mereka akan berpengaruh besar terhadap apa yang akan menjadi goals dari kita semua untuk bisa mengendalikan industri tembakau atau menekan angka prevalensi perokok pemula tadi,” tukas Rama.

Di akhir pemaparan, Rama menegaskan bahwa selain isu-isu yang tadi sudah disampaikannya, isu harga rokok dan iklan serta sponsorship rokok juga adalah isu yang harus dikawal. Menurut Rama, harga rokok ini menjadi penting untuk dinaikkan sebab harga rokok yang terlalu murah mendorong pelajar-pelajar memulai untuk merokok. Selain itu, Iklan dan sponsorship rokok ini juga harus sama-sama anak muda komitmenkan. Salah satunya dengan hal-hal sederhana ketika kita berkegiatan. Masih banyak kegiatan-kegiatan anak muda yang menghire rokok sebagai sponsor utama.

“Nah ini, perlahan harus kita ubah mindsetnya bahwa rokok bukan satu-satunya sumber untuk bisa mendanai kegiatan-kegiatan anak muda,” tutup Rama.*(iant)

Tags: , , ,
IPM Kalimantan Utara Optimalkan Administrasi Organisasi melalui Pelatihan Administrasi dan Kesekretariatan
Gelar Webinar Hubungan dan Kerjasama Internasional, PP IPM Upayakan Terwujudnya Perdamaian
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.