Griya Baca Komunitas sebagai Bentuk Literasi Konvensional dalam Melawan Literasi Instan

Griya Baca Komunitas sebagai Bentuk Literasi Konvensional dalam Melawan Literasi Instan

BeritaDaerah Istimewa YogyakartaLiteracy Camp
1K views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Griya Baca Komunitas sebagai Bentuk Literasi Konvensional dalam Melawan Literasi Instan

BeritaDaerah Istimewa YogyakartaLiteracy Camp
1K views

IPM.OR.ID, YOGYAKARTA – Materi pertama Literacy Camp disampaikan oleh M. Khoirul Huda, peritis Griya Baca Komunitas di Metro, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/17).

Komunitas yang ia rintis dan sudah makin meluas di berbagai daerah di sekitar Metro ini, ia awali dengan membuka rumah baca di rumah pribadinya. Saat ini, telah ribuan buku ada di rumah bacanya. Mulai buku untuk anak-anak hingga orang dewasa bahkan orang tua.

“Tantangan komunitas itu pada ketahanannya (istiqomah) dari pegiat-pegiat literasinya. Jika ingin membuka rumah baca, saya mengawalinya dari rumah pribadi saya, kemudian makin banyak tetangga-tetangga sekitar yang tergerak membuka rumah baca di rumahnya.”, ujar Ketua Umum PP IPM 2014 – 2016 tersebut.

Huda, panggilan akrabnya, juga mengajak ibunya untuk aktif berliterasi. Mengajak ibu-ibu lainnya untuk membaca dan sharing.

Di waktu yang sama, Azzaki Khoruddin, pemateri kedua menyampaikan soal jihad literasi konvensional. Ia mengatakan bahwa, jihad literasi konvensional (membaca buku langsung) sebagai bentuk perlawanan terhadap literasi instan (membaca melalui internet).

“Membaca buku konvensional harus tetap dibudayakan, karena membaca di internet atau literasi instan ini akan membunuh para pakar. Jadi, semakin banyak orang yang merasa ahli dari kegiatan membaca internet. Padahal, internet hanya jendela atau pembuka informasi, bukan informasi pokok.”, jelas Sekretaris Jendral PP IPM 2014-2017 tersebut.

“Yang benar adalah kita membaca informasi di internet, kita cari sumbernya atau bukunya. Baru, yang menjadi rujukan pokok adalah bukunya.”, lanjut penulis buku Demi Pena tersebut.

Ia juga menyarankan, IPM harus sering mengadakan penelitian. “Sering-sering aja IPM mengadakan penelitian, supaya pikiran menjadi sehat, obyektif dan terbiasa berbicara berdasarkan fakta. Penarikan kesimpulan kurang benar tidak masalah, yang terpenting datanya benar.”, sarannya. *(Put)

Inilah Keseruan Peserta Sebelum Berangkat ke Lokasi Literacy Camp#2
Berbagai Komunitas Literacy dari Seluruh Indonesia Berkumpul, Literacy Camp #2 Resmi Dibuka!
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.