Era Digital : Akankah Gerakan Pelajar Berkemajuan Hilang?

Era Digital : Akankah Gerakan Pelajar Berkemajuan Hilang?

Uncategorized
1K views
Tidak ada komentar

[adinserter block=”1″]

Era Digital : Akankah Gerakan Pelajar Berkemajuan Hilang?

Uncategorized
1K views

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) merupakan salah satu Organisasi Kepemudaan di Indonesia, IPM juga merupakan bagian dari Muhammadiyah, Organisasi Otonom yang bergerak di ranah Pelajar.

Menurut data ipm.or.id, IPM memiliki 34 Pimpinan Wilayah, 302 Pimpinan Daerah, 10.030 Pimpinan Cabang serta 19.372 Pimpinan Ranting yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Sebagai organisasi pelajar, seluruh pimpinan dan anggota IPM merupakan anak muda. Maka tidak heran, jika IPM selalu berinovasi sejak didirikan pada tahun 1961.

Pelajar dan Revolusi Industri 4.0
Dalam buku “The Fourth Industrial Revolution”, Prof. Klaus Schwab menjelaskan, revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental.

Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai dari abad 18. Revolusi industri keempat ini mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas.

Dalam proses revolusi industri 4.0 telah mendorong percepatan inovasi teknologi, dan di dalam revolusi industri sudah banyak kemudahan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, contohnya kita melakukan suatu transaksi tidak perlu berjalan jauh, hanya dengan menekan tombol pada layar gawai kita, kita dapat membeli sesuatu tanpa harus berjalan jauh ke toko.

Semua kemudahan yang kita lakukan, hampir semua dilakukan menggunakan gawai dan internet. Dari data yang dirilis situs wearesocial.com, total penduduk Indonesia mencapai 268.2 juta jiwa, sedangkan pengguna gawai mencapai 355.5 juta. Ini membuktikan bahwa satu orang di Indonesia bisa memiliki 2 gawai, karena peredaran gawai lebih banyak dari penduduk Indonesia.

Untuk pengguna internet tercatat ada 150 juta pengguna internet aktif, ini berati 56% dari total jumlah penduduk Indonesia sudah menggunakan internet. Perkembangan di Revolusi Industri 4.0 sudah sangat terasa di Indonesia.

Dari kondisi dan data di atas, setidaknya ada beberapa dampak dari proses revolusi industri 4.0 di kalangan pelajar. pertama, Pelajar lebih nyaman belajar dengan menggunakan internet. Dari mencari proses menerima ilmu hingga mencari sumber untuk sebuah tugas, semua dilakukan melakukan gawai dan menggunakan akses internet.

Kedua, media sosial menjadi ajang ekspresi pelajar, pelajar saat ini lebih banyak mengekspresikan sesuatu di media sosial, baik curahan hati, keluhan, amarah maupun kreativitas semua dimuat di dalam media sosial dengan berbagai konten yang menarik perhatian orang lain.

Ketiga, kurangnya interaksi sosial pelajar, berkurangnya interaksi sosial pelajar karena, pelajar kebanyakan berfokus pada gawainya, bahkan tidak sedikit pelajar lebih mementingkan terlihat baik di media sosial dibandingkan dunia nyata.

Gerakan Pelajar Berkemajuan di Era Digital

Revolusi Industri 4.0 dan era digitalisasi harus cepat di respon oleh IPM, karena hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII tentang Pengguna internet berdasarkan kelompok usia pada tahun 2019, Pengguna internet di usia 13-18 tahun sebanyak 16.68% dan 19-34 tahun sebanyak 49.52 tahun.

Mengapa harus cepat di respon? Karena, Anggaran Dasar IPM Pasal 10 Poin 2 dan 3 menyebutkan, Anggota IPM merupakan pelajar muslim yang berusia dari dua belas tahun hingga dua puluh empat tahun. Anggota IPM saat ini diisi oleh Generasi Milenial dan didominasi oleh Generasi Z menurut data APJII adalah pengguna internet yang banyak.

Selain itu konsep Gerakan Pelajar Berkemajuan yang menjadi paradigma IPM sejak tahun 2012 menyebutkan :

Gerakan Pelajar Berkemajuan (GPB) adalah paradigma gerakan ilmu yang muncul dari Tanfidz Muktamar XVIII IPM di Palembang 2012. “Paradigma didefinisikan sebagai seperangkat konsep yang berhubungan satu sama lain secara logis membentuk sebuah kerangka pemikiran yang berfungsi untuk memahami, menafsirkan dan menjelaskan kenyataan dan atau masalah yang dihadapi”. (Tanfidz Muktamar XVIII).

Kemunculan GPB merupakan upaya cerdas dan adaptif yang dilakukan IPM di era globalisasi yang ditandai dengan perubahan yang begitu cepat. Karena, selain keharusan perubahan nama IRM ke IPM tidak sekedar nama saja, tetapi lebih penting dari itu, yakni mengubah paradigma gerakan IPM yang sesuai dengan tuntutan zaman. (Tanfidz Muktamar XIX ).

Dari narasi konsep GPB di atas, mau tidak mau IPM perlu bergerak cepat dalam berinovasi di kalangan pelajar. Adapun inovasi yang harus dilakukan IPM adalah pertama, IPM perlu memaksimalkan tim media, selama ini tim media sudah baik dalam melaksanakan dokumentasi kegiatan ataupun promosi kegiatan dan dakwah media.

Namun, tim media belum melakukan pembuatan konten yang dapat bermanfaat secara berkepanjangan bagi anggota IPM. IPM bisa mencontoh startup pendidikan yang ada di Indonesia, jika startup pendidikan membuat konten tentang pelajaran yang ada di sekolah. IPM dapat membuat konten pelatihan administrasi, pelatihan menulis, dan pelatihan lainnya yang dikemas menjadi video yang unik dan dibagikan kepada seluruh anggota khususnya pimpinan. Konten video ini sebagai pengantar menuju pelatihan yang sesungguhnya.

Konten ini akan bermanfaat bagi pimpinan ranting yang baru saja melaksanakan pergantian kepemimpinan, yang kemungkinan masih sangat awal untuk melaksanakan pelatihan. Konten ini berguna untuk memberi pemahaman awal kepada pimpinan ranting terpilih untuk menjalankan roda kepemimpinan dan bergerak cepat.

Kedua, IPM perlu membuat e-library. IPM sebagai organisasi pelajar yang melakukan kampanye literasi, di era digital ini IPM perlu memiliki e-library, mengapa? Karena, IPM sebagai organisasi nasional yang memiliki pimpinan yang tersebar di seluruh Indonesia sangat memerlukan e-library dalam memudahkan seluruh anggota untuk membaca buku yang sama tanpa mengeluarkan kocek yang mahal.

Pengetahuan anggota tiap daerahnya bisa berbeda karena buku yang dibaca berbeda-beda ataupun waktu membaca yang berbeda, misal ketika IPM mengeluarkan pedoman baru, tidak semua pimpinan dapat menikmatinya di waktu yang sama. PP IPM hanya mengirimkan kepada PW IPM, lalu diteruskan oleh PW kepada PD dan seterusnya. Sehingga ada jeda waktu walaupun pengiriman sudah menggunakan email.

Berbeda dengan e-library, sekali unggah dapat langsung diakses oleh seluruh pimpinan IPM. e-library dapat diisi dengan buku-buku pedoman IPM, materi musyawarah dan juga tanfidz musyawarah seluruh tingkat pimpinan di Indonesia, lalu e-library IPM bisa diisi dengan buku-buku terbitan Suara Muhammadiyah dengan sistem kerja sama dengan Suara Muhammadiyah. Selanjutnya bisa diisi dengan buku-buku karya dari seluruh pimpinan IPM.

E-library dalam pelaksanaannya wajib digratiskan untuk seluruh anggota IPM, sistem login bisa menggunakan NBA IPM. Selain itu pelaksanaan e-library ini dapat bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Suara Muhammadiyah, Majelis Pustaka Informasi dan instansi lainnya.

Ketiga, IPM perlu membuat pusat kreatif IPM. Di era digital, ekonomi kreatif sangat digaungkan oleh banyak pihak, pusat kreatif IPM dapat berupa pelatihan sebagai tempat pengolahan ide kreatif seluruh bidang pengembangan kreativitas dan kewirausahaan pimpinan se-Indonesia.

Setelah pelatihan, hasil karya pelatihan bisa dipasarkan oleh marketplace yang dibuat oleh IPM juga. Marketplace ini untuk memasarkan produk-produk hasil dari karya bidang PKK di seluruh Indonesia. Pusat kreatif IPM dapat bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif, Majelis Ekonomi dan juga instansi terkait lainnya.

Inovasi tersebut merupakan bentuk dari respons IPM terhadap revolusi industri 4.0. selain itu inovasi ini sebagai pengembangan gerakan pelajar kemajuan menjadi pelajar berkemajuan 4.0.

Pelajar berkemajuan 4.0 tetap menjaga konsep dasar dan tujuan utama ketika pertama kali digagas dan disahkan, namun memperluas gerakannya ke era digital. Jika GPB tidak memperluas gerakannya ke dunia digital, mau tidak mau akan hilang dan tergerus oleh zaman.

*) Catatan

  • Penulis adalah Fathin Robbani Sukmana, Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Cibitung – Kab. Bekasi Alumni PD IPM Kabupaten Bogor Periode 2016-2018 Alumni PKM TM III PW IPM Banten tahun 2016
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis.
Baca Artikel atau Baca Story
Cognitive Flexibility dan Peran Identitas di Era Postmodernis
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.