Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju

Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju

OpiniOpini Pelajar
1K views
Tidak ada komentar
Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju

[adinserter block=”1″]

Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju

OpiniOpini Pelajar
1K views
Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju
Dikotomi Mindset: Antara Pelajar Berbakat dan Pelajar Maju

Manusia sejatinya memiliki kekuatan besar dalam dirinya, yaitu adalah mindset. Mindset secara definitif merupakan suatu kumpulan pemikiran yang terbentuk dengan keyakinan sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir, cara pandang dan bahkan perilaku seseorang. Tidak dapat dipungkiri banyak sekali pengaruh yang diakibatkan oleh mindset, baik itu dari mindset positif maupun mindset negatif.

Dikotomi Kendali dan Mindset

Dalam Filofosi Teras, terdapat prinsip dikotomi kendali yang begitu masyhur, yang disampaikan oleh Epictetus (dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manaramping), yaitu Something are up to us, something are not up to us. Memiliki makna bahwa pada prinsipnya ada sesuatu hal yang bisa kita kendalikan, dan ada sesuatu hal juga yang tanpa pada kendali kita atau tidak bisa kita kendalikan.

Hal yang termasuk pada sesuatu yang bisa kita kendalikan diantaranya adalah fikiran, asumsi, mindset dan bahkan juga prasangka. Sedangkan hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah hal-hal diluar diri kita, seperti kejadian hari ini, sikap orang lain terhadap kita, prasangka orang lain terhadap kita, dan yang lainnya.

Dari dikotomi kendali tersebut, Henry Manaramping—Penulis buku Filosofi Teras—menegaskan bahwa fokus kendali diri kita adalah kepada sesuatu hal yang bisa kita kendalikan, tentu itu adalah fikiran, usaha, mindset ataupun yang lainnya yang berasal dari diri kita. Fokus kepada hal yang tidak bisa kita kendalikan hanya akan membuat kekecewaan dan kesedihan yang mana mempengaruhi diri kita seperti prasangka dan fikiran.

Dalam buku tersebut pun dipaparkan bahwa mindset memiliki peran besar dalam menentukan sikap dan prasangka seseorang. Bahkan ada case yang memperlihatkan situasi kondisi sekitar misal sikap tidak baik orang lain kepada kita yang kemudian mengundang fikiran negatif, mindset negatif dan malah mengundang prasangka serta energy negatif juga kepada diri. sehingga energy negatif tersebut memberikan sinyal kepada otak untuk kita bernegatif thinking atau bahkan emosi negatif yang lainnya kepada orang yang bersangkutan tadi.

Persoalan peran kuat mindset tidak hanya terhenti pada Filosofi Teras saja, bahkan terdapat juga buku “Mindset: Mengubah Pola Pikir Untuk Perubahan Besar Dalam Hidup Anda” yang ditulis oleh Carol S. Dweck dengan pembahasan seputar peran besar mindset terhadap perubahan seseorang.

Dikotomi Mindset

Buku Mindset yang ditulis oleh Carol S. Dweck pada pembahasan pertamanya langsung dihadapkan pada pembahasan dikotomi mindset. Menurutnya, mindset ada dua macam, yaitu Fixed Mindset dan Growth Mindset. Pembahasan pendikotomian mindset ini memberikan gambaran bahwa perihal mindset saja kita harus bisa mengaturnya, jangan sampai terbawa dan terbiasa dengan mindset yang akan merugikan dan membuat kemunduran pada kita.

Fixed Mindset atau Mindset Tetap, yaitu mindset yang meyakini semua keberhasilan ini dicapai karna pada dasarnya kita memiliki kekuatan tersebut, atau pada istilah lain bisa disebut juga berbakat. Orang-orang yang bertipikal Fixed Mindset­ ­sangat mengagungkan indikator kecerdasan seperti bakat, IQ dan mungkin tes yang lainnya. Menurutnya, keberhasilan atau keahlian yang dimiliki merupakan bakat lahiriyah dia secara mutlak.

Tentu sangat banyak orang yang juga memiliki faham Fixed mindset seperti ini. Dia yang lebih percaya bahwa bakat itu adalah sesuatu yang sudah Fix dan tidak ada perubahan yang akan terjadi. Dia percaya bahwa cerdas merupakan hal turunan, ataupun memang pada dasarnya dia cerdas, sehingga ia yakin bahwa apapun kondisinya dia tetaplah cerdas.

Berbeda dengan Fixed Mindset, Growth Mindset merupakan mindset yang berkeyakinan bahwa semuanya ada proses. Seperti kecerdaan dan bakat, mereka percaya bahwa kedua hal tersebut ia dapatkan seiring berjalannya waktu, seiring ia berproses, bukan secara mutlak langsung ia dapatkan.

Growth Mindset banyak dimiliki oleh tokoh-tokoh terkemuka, pebisnis-pebisnis kaya raya, yang meyakini bahwa dia cerdas, bahwa dia kaya itu karena usaha dan waktu, bukan karna dia cerdas mutlak ataupun berbakat untuk berbisnis

Pelajar Haruslah Memiliki Growth Mindset

Sebagai pelajar dan seorang anak muda, membekali diri dengan Growth Mindset menjadi hal yang harus. Ketika diri sudah berbekal growth mindset, maka disetiap keadaan yang menjadi penilaian utamanya adalah proses. Misal ketika kita seorang pelajar bisa mendapatkan ranking satu, yang akan ia hargai adalah proses dan usahanya, karna dia sadar dia bisa karna proses, bukan karna dia mendapatkan kecerdasan dari orang tua ataupun berbakat dibidang tersebut.

Begitupun di keadaan yang negatif, ketika seseorang Growth Mindset dihadapkan pada kegagalan, maka yang akan ia nilai gagal adalah prosesnya, ia akan berkata “Aku Gagal”, yang bertendensi mengkoreksi usaha dan upayanya mengapa gagal. Berbeda dengan yang fixed mindset, ketika ia gagal, ia memahami bahwa dirinya telah gagal, dirinya tidak cerdas dan tidak berbakat. Ucapan yang akan keluar dalam mulutnya adalah aku orang gagal.

Menjadi pelajar yang memahami bakat diri sendiri memang baik dan itu perlu, tetapi tidak kemudian melupakan bahwa proses dan progres dalam setiap hal itu pasti ada. Cerdas bukan karena keturunan(saja), bukan karna berbakat(saja) melainkan karna ia mau berjuang dan bersungguh-sungguh untuk menjadi cerdas. Begitulah growth mindset.

*) Catatan

  • Penulis adalah Daei Aljanni. Sekretaris Bidang Perkaderan PW IPM Jawa Tengah 2021/2023. Memiliki hobi membaca, ngobrol, olahraga, diskusi, nulis, main game, dan minum matcha. Daei Aljanni bisa ditemui di Instagram @daeialj.
  • Substansi tulisan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
Tags: , ,
Genealogi Perkaderan: Bingkai Realisme Struktural Epistemik Ikatan
Dakwah Digital IPM : Dari Wacana Hingga Aksi Nyata
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.