Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

BeritaDaerah Istimewa Yogyakarta
1K views
Tidak ada komentar
Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

[adinserter block=”1″]

Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

BeritaDaerah Istimewa Yogyakarta
1K views
Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia
Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

IPM.OR.ID., – Pada dasarnya, perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki terutama dalam menduduki kursi kepemimpinan. Inilah yang dilakukan oleh Ahimsa Wardah Swadeshi, Sekretaris Bidang Apresiasi, Seni, Budaya dan Olahraga Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang telah dinyatakan sebagai peserta Leadership For Youth Interfaith Women Leaders Short Course Deakin University, Melbourne, Australia pada Kamis (12/1/2023) untuk pemimpin perempuan antar keyakinan.  

Program ini dilaksanakan pada Senin-Jumat (6-17/3/2023) bertujuan untuk memberdayakan para peserta agar menjadi kunci dalam meningkatkan pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya di organisasi mereka dan masyarakat luas, serta membangun jaringan global untuk pemimpin perempuan masa depan.

Melalui wawancara via Whatsapp pada Senin (13/3/2023) Ahimsa mengungkapkan hanya tertarik saat pertama kali melihat topik program ini, yaitu Leadership For Youth interfaith Women Leaders. Hal ini sangat wajar karena sebagai perempuan yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA) Ahimsa merasa program ini akan berhubungan dengan apa yang akan dijalaninya.

“Kebetulan program ini menuliskan eligible participants memang salah satunya perempuan-perempuan dari organisasi yang berbasis keagamaan di Indonesia,” ujar Ahimsa. 

Memutuskan untuk mendaftar program ini bukanlah hal yang mudah bagi Ahimsa karena saat itu ia bertugas untuk melakukan liputan Muktamar NA di Bandung sehingga harus mempertimbangkan keinginan dan waktu yang dimiliki saat ini. 

Berkat mendapatkan dorongan dari orang sekitar, seperti pimpinan redaksi, senior IPM, sampai teman kuliahnya yang mengirimkan berita mengenai program yang sama, akhirnya Ahimsa merasa ini adalah tanda dari Allah untuk memperjuangkannya. 

Ahimsa tergabung dalam IPM, NA, dan juga Komunitas Museum Cakra Dewantara yang membuat dirinya sering kali bertemu dengan teman-teman muda yang keren dan juga kreatif, sehingga beliau belajar mengenai karakteristik teman-teman muda yang senang belajar dan mengeksplorasi sendiri. Dari sana, Ahimsa melihat potensi dan tantangan di media sosial karena mereka yang paling dekat dengan dunia digital. 

Seringkali, karakteristik mereka yang sebenarnya suka mengeksplor, suka belajar, dan suka mencari tahu itu tergiring dengan dunia digital yang membawa arus informasi yang beraneka ragam. Salah satu yang paling dominan dan riskan untuk menggiring adalah isu-isu konservatif yang membuat mereka menjadi tertutup dan tidak ingin terbuka dengan pendapat orang lain, sehingga cepat membakar emosi. 

“Ternyata, di samping mereka sebenarnya mempunyai potensi untuk ingin mencari tahu dan belajar di saat yang sama mereka juga mudah digiring. Itu hal yang membuat aku resah dan akhirnya memotivasiku untuk merangkul teman-teman muda ini dengan gayanya mereka agar lebih sadar dengan kebenaran yang ada di media,” jelas Ahimsa.

Hal yang Ahimsa sendiri pelajari dari proses persiapan pendaftaran yang pertama adalah pentingnya persiapan, dikarenakan banyaknya tugas redaksinya saat itu.

“Aku belajar banget untuk waktu, mulai mencicil esai sehingga tidak menghabiskan waktu yang banyak, preparation is a must,” jelas Ahimsa.

Kemudian, pelajaran yang kedua adalah meminta pertolongan orang lain, Ahimsa menyadari bahwa mustahil dapat menyiapkan segala sesuatunya secara sempurna, maka dari itu ia sadar bahwa ia membutuhkan pandangan orang lain. 

“Hal itu yang sangat aku pelajari saat seleksi wawancara daring yang sebagian besar menggunakan bahasa inggris. Aku bersyukur sekali ada senior IPM Rita Pranawati membantu untuk melatih wawancaranya,” ucap Ahimsa.

Saat proses pengumuman terakhir, Ahimsa merasa gugup dan memikirkan bagaimana jika gagal atau tidak keterima program ini, tetapi ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa mencoba bukanlah hal yang merugikan dan berusaha tidak membebani diri sendiri dengan pikiran negatif.

“Misalnya belum dapat atau belum rezeki ngga papa. Aku gak rugi apa-apa, malah aku jadi belajar dengan prosesnya. Setidaknya apa yang aku sampaikan murni dari aku dan aku sangat puas untuk mengikuti semua pengalaman itu,” sambung Ahimsa.

Cerita Ahimsa, Sekbid ASBO IPM DIY Terpilih Ikuti Course Ke Australia

Setelah seminggu tinggal di Australia, Ahimsa juga merasakan beberapa hal dari kesulitan maupun kesenangan di sana. Pertama soal suhu, sebab sudah terbiasa dengan suhu Yogyakarta yang panas,sedangkan sekarang ia harus beradaptasi dengan Australia yang dingin di setiap waktu.

Kedua hambatan bahasa, karena Ahimsa adalah peserta paling muda, ia merasa kurang dalam language barriers. 

“Terkadang sama senior yang sudah memiliki banyak pengalaman ada perasaan tidak merasa cukup bagus untuk menyampaikan bahasa inggris atau untuk menyampaikan pendapatku,” ujar Ahimsa. 

Ketiga soal makanan, seperti masyarakat Indonesia pada umumnya yang sedang ke luar negeri, Ahimsa masih lebih sering memakan nasi karena tidak semua makanan cocok di lidah. Terkadang rasanya hambar atau malah terlalu kuat bumbunya, khususnya makanan timur tengah.

Selain itu, Ahimsa merasa senang dengan banyaknya ruang terbuka hijau yang ada di Australia. “Aku suka warna hijau dan tempat-tempat yang teduh. Aku juga merasa menemukan banyak ruang belajar yang santai, salah satu yang paling terkenal adalah Royal Botanic Gardens, Ini hal yang menurut aku jarang terjadi di Yogyakarta,” terang Ahimsa.

Dalam mengikuti program tersebut, tentu saja terdapat ilmu positif baru, salah satunya adalah ternyata memperjuangkan keadilan gender, perempuan yang menjadi pemimpin, perempuan diberikan ruang untuk berkembang dan berkarya, lalu berkontribusi di organisasi bukan hanya semata-mata untuk kebaikan perempuan saja, tetapi dengan memperjuangkan perempuan untuk maju, sebenarnya kita sedang memperbaiki peradaban. Kepemimpinan perempuan mempunyai dampak besar, seperti lebih berhasil melalui saat-saat krisis karena mempunyai sense of empathy yang besar.

Selanjutnya, terkait pentingnya melibatkan teman-teman muda di dalam aktivitas gerakan dan aktivitas organisasi agar kemudian mengajak mereka berjalan bersama. 

“Tidak hanya by telling them to do something, tidak dengan mengajarkan, tidak dengan memberitahu, tetapi dengan melibatkan aktivitas, karena mereka butuh diberikan ruang untuk mengeksplor sendiri,” jelas Ahimsa

Mendapat kesempatan seperti ini tentu tidak datang dua kali dan belum tentu bisa didapatkan oleh sembarang orang. Kepada tim ipm.or.id, Ahimsa menuturkan rasa syukurnya karena telah diberi kesempatan belajar, bertumbuh, dan menjadi lebih baik dengan ini. 

Keluar dari zona nyaman tentu membuat kita mendapatkan pengalaman berharga yang membantu Ahimsa untuk belajar menghadapi situasi yang selama ini belum pernah dialami. Selain itu, Ahimsa sangat senang karena ini hal yang bermanfaat secara ilmu dengan narasumber-narasumber yang memberi wawasan menarik tentang gender dan kepemudaan. 

Di sisi lain Ahimsa menyadari kekhawatirannya sebagai peserta termuda untuk berdinamika dengan para senior dan ia menerima itu. “Ini malah kesempatan aku untuk bisa belajar dari mereka yang pengalamannya lebih banyak,” kata Ahimsa.

Ahimsa mengatakan bahwa dirinya merasa senang dapat berada di IPM, salah satu yang ia senangi dalam IPM adalah metode appreciative inquiry.

“Bukan semata-mata memberi pujian, tetapi yang paling mendasar adalah menyadari, menerima, dan memeluk diri kita yang akan menjadi senjata kita untuk bertumbuh,” jelas Ahimsa.

Ahimsa berpesan kepada para pelajar untuk menyadari kemampuan teman-teman semua. “Sadari apa yang teman-teman punya saat ini tanpa melihat pencapaian orang lain, tetapi dengan perjalanan kita sendiri adalah hal terbaik yang kita punya itu yang kita peluk dan yang kita sadari sebagai progress kita. Jangan berhenti untuk melakukan hal yang kita rasa itu penting dan berharga bagi diri kita,” tutur Ahimsa

Itulah kisah perjalanan Ahimsa Wardah Swadeshi dalam programnya Leadership For Youth Interfaith Women Leaders Short Course. Semoga selanjutnya lebih banyak kader-kader IPM yang dapat mengikuti jejaknya. *(Sayida) 

PP IPM Bongkar Cara Maksimalkan Kegigihan, Kekuatan, dan Passion Lewat Bedah Buku
PP IPM Bangun Kreativitas Pelajar Melalui Art Class
Mungkin anda suka:
Advertisement

[adinserter name=”Block 2″]

Suka artikel ini? Yuk bagikan kepada temanmu!

Terpopuler :

Baca Juga:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.